Untuk "Pencipta" filosofisku, simbol,tanda dan makna terliputi dalam wilayahMu.

Rabu, 28 Maret 2012


Ada Sebuah dialog terjadi antara saya dengan teman saya lewat pesan elektronik , Sengaja saya memperumit kalimat dengat maksud untuk mengetahui bagaimana pandangan dia tentang suatu permasalahan yang sedang kami bahas (hehe),,   Ada sebuah kalimat yang begitu menarik dari teman saya ketika dia bilang “Yang menyebabkan aku menangis kepada Tuhanku dikarenakan seringnya aku lupa akan nikmat Tuhan dan seringnya aku lupa akan perbuatan salah” sepontan akupun bertanya “Dengan fitrah kita sebagai  insan yag selalu lupa dan salah, Masih perlukah kita menyesali hal yang sudah ditakdirkan untuk kita??”. Maka dia pun menjawab  “Masih, Dari pada kita tak mengingat Tuhan kita sama sekali, seakan kita tak bertuhan lagi”, lalu akupun bertanya “ mengapa harus mengingat yang membuat kita menjadi mahluk bertuhan??? Dan apakah arti mengingat itu??” Itulah hal yang ingin saya analisis saat ini, dikarenakan teman saya tidak menjawab,Maka saya harus menganalisa sendiri guna memuaskan pertanyaan saya sendiri (hahaha)..
                Ok,,mari kita mulai, Mengingat atau Dzikir adalah sesuatu yang menarik, Coba kita bayangkan, hampir dalam setiap kegiatan ibadah kita rata-rata orientasinya adalah untuk dzkir/ mengingat kepada Tuhan kita, niat adalah bentuk perwujudan dari konsep dzikir ini dimana setiap gerak ibadah kita, sebelum kita memulai,Selalu kita niatkan untuk Tuhan kita, Hal inilah yang merupakan perwujudan dari mengingat akan nisbat yang sejati dalam setiap gerak kita yaitu lillahi ta’ala…
                Hal yang menarik lagi sebenarnya, Apakah mengingat itu???, Melihat perannya yang begitu sentral  dalam ibadah kita. Setidaknya inilah menurut saya, Dzkir atau mengingat  menurut saya merupakan suatu fondasi dasar dari sikap ubudiyah (Kehambaan)  kita, Dzikir berarti melepaskan diri dari kelalaian, memfokuskan diri dan menghadirkan diri (hudhur), dengan dzikir maka akan terjadi suatu pemfokusan pada suatu objek sehingga menyebabkan hal-hal lain diluar objek itu menjadi background, Jika kita kaji lagi, Dzikir merupakan bentuk ibadah yang paling sederhana, Dimana Dzikir bisa kita lakukan dalam berbagai keaadaan, Mulai kita sholat sampai kita berbaring, Bahkan inti dari kkhusukan kita saat sholat adalah dzikir yaitu memfokuskan ingatan kepada tuhan kita, Dzikir bukanlah merupakan tindakan lisan saja tetapi dzikir yang sejati melibatkan kondisi hati kita, “Tidaklah nyata dzikir tanpa suatu penyaksian (Syuhud)  dan perenungan (fikr)” begitulah tutur Ibn Athaillah dalam kitab Al Hikam nya.
                Dari Tutur Ibn Athaillah diatas dapat kita sadari bahwa dzikir merupakan aspek yang penting dalam menentukan kondisi hati  dan akal kita, karena bagaimana pun juga penyaksian (Syuhud) dalam masalah ketuhana adalah hal yang hanya dapat dilakukan oleh hati sedangkan perenungan atau (fikr) adalah bagian dari akal, Jika sudah jelas hubungan antara mengingat dan akal karena dengan mengingat maka akan mencipatakan suatu perenungan-perenugan dalam akal kita, yang tentunya merupakan perenungan-perenugan ketuhanan, Maka marilah kita mengkaji tentang hubungan mengingat dengan hati..
Di dalam hati kita ini banyak terdapat berbagai kondisi yang berlalu-lalang dan seakan cepat berlalu, Jika kita ingin menghitung kecepatan bolak-baliknya kondisi hati kita dalam satu hari saja, Maka saya yakin tak mungkinlah kita dapat melakukannya,  Salah satu kondisi yang sering muncul dalam hati kita adalah Cinta, Cinta jika kita pandang dari segi  Tasawuf merupakan suatu maqom ( tingkatan) dan Maqom ini adalah sesuatu yang terjadi akibat Al-Hal (Keadaan) yang berlangsung secara istiqomah (terus menerus), jadi Cinta ini bisa timbul diakibatkan oleh datangnya keadaan-keadaan yang berlangsung secara langgeng. Lalu apa hubungan antara Cinta dan Mengingat???
                Jika kita ambil contoh bagaimana seorang Pemuda yang tengah dilanda gelombang Cinta, apa yang ada di fikiran Sang Pemuda adalah Wanita yang dia cintai, Saya kira hal ini sudah jelas dimana dengan mengingat-ingat seseorang secara Kontinue maka akan ikut mempengaruhi kondisi hati kita, dalam sebuah Hadist “Al istiqomah ainal Karomah”  sebuah kontinuenitas akan menimbulkan suatu karomah, karomah disini merupakan hasil dari kontinuenitas tersebut dan dalam hal ini hasil dari mengingat secara kontinue adalah cinta itu sendiri, Sebenarnya jika  saya teliti lebih jauh antara cinta dan mengingat ini memiliki hubungan yang bersifat  timbal balik dimana mengingat bisa menghasilkan cinta dan cinta juga bisa menghasilkan mengingat,, kita ambil contoh dalam pembacaan Sholawat atau Maulid, dimana hanya dengan membaca dan menyebut-nyebut nama Rasul kita maka akan menimbulkan suatu gairah dan kerinduan pada Rasul kita, Hal ini mungkin bisa terjadi disebabkan sinkronnya hubungan antara indra fisik,akal,kemudian kondisi hati kita sehingga terciptalah cinta yang menyebabkan kerinduan diakibatkan oleh lantunan syair-syair sholawat itu sendiri,,
                Kembali ke teman saya yang menyebutkan bahwa syarat menjadi Manusia berTuhan adalah dengan mengingat (dzikir), saya kira hal itu memang benar adanya, dengan mengingat tentunya akan menyebabkan cinta dan cinta akan menghasilkan suatu sikap-sikap tertentu , maka dari itu tak mengherankan jika dzkir adalah suatu inti dari ibadah, Karena bagai manapun juga Kecintaan kepada Tuhan adalah salah satu puncak dari ibadah, Dimana dengan kecintaan itu bisa terwujud sikap keihlasan,kesabaran,kerinduan, kasih dan sayang. Inilah mengapa para Kekasih Tuhan tak pernah mengharapkan surga dalam setiap ibadah mereka dan tak pernah menakutkan neraka dalam hidup mereka,Hal ini dikarenakan kehidupan mereka sudah sepenuhnya mereka persembahkan untuk penguasa langit dan bumi, Sehingga keikhlasan dalam ibadah menurut mereka tak memerlukan imbalan atau hukuman karena mereka tak membutuhkan apapun kecuali apa yang mereka cintai,yaitu Tuhan mereka, Menurut saya inilah suatu perwujudan dari sikap Sang hamba sejati,
                Mereka para Hamba sejati bisa disebut dengan Pecinta sejati ,,  Mereka Para Pecinta Sejati selalu melakukan apapun untuk menyenangkan kekasihnya,Tak peduli walaupun kepenatan dan kesakitan harus singgah pada jiwa dan raga mereka, "But this is Love man", dari sinilah dapat kita tarik kesimpulan bahwa cinta dapat menghasilkan Sikap Kesabaran. Para pecinta seakan tak memperdulikan efek samping dari apa yang mereka perbuat hal ini tercermin dari ibadah mereka yang menurut orang awam seperti kita cendrung berlebihan, tetapi sekali lagi, "This is love man" tak ada ukuran batas dalam cinta, cinta tak pernah memperdulikan orang lain atau diri sendiri,cinta hanya memperdulikan Sang kekasih,,
                Dan dari cinta jugalah akan timbul Kerinduan, bisa kita perhatikan dari kondisi para pecinta yang cenderung kacau menurut kita,bagai mana saat malam mereka tak pernah tidur hanya untuk sekedar bermunajat dengan kekasih, bagaimana akal mereka hampir gila karena terus menerus memikirkan kekasih abadi mereka yang tak terbatas dan bagaimana tubuh mereka yang kurus karena terus menerus menahan nafsu dan syahwat mereka untuk kekasih mereka,” And Once Again  This is love man” cinta harus bersedia menanggung penderitaan yang disebabkan kerinduan pada Sang kekasih,, Lalu dengan kecintaan pulalah yang membuat seorang hamba bersikap penuh kasih dan sayang terhadap sesama, Karena bagaimanapun tak pernah ada seorang pecinta yang membenci karya cipta sang kekasih, dan dimata pecinta karya dari sang kekasih adalah yang terbaik dari  yang terbaik.. Inilah menurut saya Sikap dan Amal-amal yang mungkin bisa ditimbulkan dari cinta..

                Hmmmm… Setelah saya menganalisa secara panjang lebar mungkin inilah saatnya saya tuk menyadari bahwa apa yang diungkapkan oleh teman saya mungkin adalah suatu kebenaran, Karena bagaimana seorang bisa mengaku berTuhan tanpa Amal Ibadah???, lalu bagaimana seorang bisa beramal ibadah tanpa  Sikap yang baik??? dan bagaimana  Sikap yang baik dapat tumbuh tanpa Cinta???  lalu bagaimana cinta dapat hidup tanpa Mengingat?????

                                (Setidaknya inillah menurut saya,Mohon maaf bila terdapat banyak kekurangan)

Senin, 26 Maret 2012

Dalam suatu kegiatan ngaji shubuh di pesantren saya, selalu ada wejangan khusus dari Ustad saya tentunya,Tentang hal yang sudah sangat populer dan bahkan seringkali kami para santri merasa bosan mendengarkannya (hehe).. Yaitu masalah “tanggung jawab keilmuan”, Dimana pernah dalam suatu pertemuan,Sang ustad berwasiat kepada para santrinya agar saat ketika kita menyerap suatu ilmu hendaknya tidak hanya sekedar dibuat suatu pengetahuan saja,Akan tetapi harus disertai tindakan nyata guna mempraktekkan ilmu tersebut.Berangkat dari masalah ini, terlintas dalam benak saya untuk menuangkan sedikit unek-unek tentang hal ini, Baiklah saya mulai saja (Hehe),,,,,
Masalah klasik dari hampir semua umat manusia adalah tentang bagaimana mengamalkan suatu ilmu yang mereka peroleh, alangkah rumitnya hal tersebut sampai berbagai macam disiplin ilmu dikerahkan guna menyelesaikan masalah tersebut. Akan tetapi masih saja banyak contoh-contoh buruk yang mendominasi diluar sana tentang penyelewengan sebuah sistematika keilmuan yang pada akhirnya berujung pada menarik keuntungan pribadi dengan cara merugikan orang lain.
Pedoman utama yang ingin saya tuangkan adalah ayat “Iqro’ bismirobbikalladzi kholaq(bacalah dengan nama tuhan yang telah menciptakanmu), Bagi saya ayat inilah yang menjadi dasar bagi setiap muslim untuk menuntut sebuah ilmu, jika kita perhatikan lagi kata iqro’ yaitu adalah sebuah kata yang ditujukan pada kita,untuk mencari ilmu dan mempelajari sebuah ilmu, dan kata ini menurut saya juga suatu perlambangan agar kita harus mencari pengetahuaan sebanyak-banyaknya semaksimal mungkin,Inilah yang mendasari sebuah hadist “menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim” .Jadi jika kita ambil suatu kesimpulan menuntut ilmu atau mencari ilmu atau mempelajari ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap hamba tuhan di muka bumi ini.
Tapi tolong perhatian kita jangan hanya kita fokuskan pada kata iqro’, Coba kita baca lanjutannya Bismirobbikalladzi kholaq (Dengan nama tuhan mu yang menciptakan)  ini adalah suatu arahan bagi para penuntut ilmu seperti kita untuk tetap menjalankan kwajiban kita yaitu menuntut ilmu demi tujuan yang benar yaitu Tuhan yang telah menciptakan kita,Suatu konsep dari tasawuf yang dalam kitab ihya’ ulummuddin karya Imam AL-Ghozali disebut dengan konsep Majaril Fiqr (Bahasa kerennya Orientasi berfikir),Inilah yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari kita,Yaitu tentang arah atau sebuah tujuan dalam mencari ilmu, sudah tepatkah tujuan kita selama ini??? Itulah yang harus kita instropeksi lebih jauh lagi.
Membahas Al Majaril Al Fiqr atau orientasi berfikir , Pertama-tama kita harus membahas tentang apa itu fiqr atau fikiran, Dalam setiap pencarian sebuah ilmu khususnya bagi orang awam seperti kita,Piranti lunak yang memegang peran sentral adalah akal kita. Dan menurut saya fikiran adalah sebuah proses bekerjanya suatu akal untuk menghasilkan atau memikirkan sesuatu (Teory saya sendiri haha),, Dengan adanya orientasi berfikir maka hendaknya setiap daya fikir kita,kita gunakan untuk memikirkan hal-hal yang bersifat  Ketuhanan (Tafakkur), karena menurut standart keislaman hendaknya setiap orang mukmin mengorientasikan seluruh kehidupannya untuk tujuan Ubudiyah (penghambaan) kepada Tuhan,,Inilah standart setiap muslim di dunia ini, Yang kemudian berpedoman kepada ayat “Wa inna ilaa robbikal muntahaa” (dan sesungguhnya hanya kepada tuhanmulah segala sesuatu itu berakhir).
Jadi jika kita hubungkan dengan pembahasan pada paragraph atas, Maka sudah tentu seharusnya orientasi dari setiap pencarian keilmuan kita yaitu berujung pada Tuhan kita, Dan inilah sumber masalah kita,Betapa banyak sekarang dari kita yang mengorientasikan pencarian keilmuannya untuk selain Tuhan, Seperti yang lagi trend sekarang ialah mencari ilmu guna mendapatkan pekerjaan, dan parahnya hal ini malah disarankan oleh orang tua kita sendiri, Dimana semenjak kecil kita selalu didik untuk menghayalkan tentang cita-cita kita, Yang pada dasarnya ialah  masalah Pekerjaan, ada sebuah kata “Nak sekolaho sing pinter ben sesok gampang oleh kerjo” ini adalah kata yang sering kali kita dengar dari orang tua kita, sungguh pola fikir yang Naif dan cenderung Primitif menurut saya (hehe), Dan jika saya boleh berbicara secara terang-terangan, “Sesungguhnya kebanyakan orang tua kita ikut andil dalam membangun budaya yang menghancurkan suatu Tanggung jawab keilmuan “, Dari hal ini dapat tergambar bagaimana Keimanan orang tua kita yang sangat luar biasa terhadap pekerjaan, Rata-rata mereka mengimani bahwa dengan pekerjaan yang tepat maka akan menghasilkan kebahagiaan (Haha,, Sungguh naif Old Man),Dan bukan hanya keimanan yang berlebihan tetapi juga Ketakutan yang berlebihan terhadap kehidupan dan juga dengan hanya menganggap Pekerjaan adalah satu-satunya Jalan untuk mendapatkan Kebahagiaan berarti merupakan suatu Penyempitan Jalan untuk mendapatkan Kebahagiaan dan imbasnya adalah Penyempitan akan keluasan Rahmat Tuhan yang berupa Kebahagiaan itu sendiri, Kembali ke masalah awal ,Dan jika tujuan yang kacau ini  kita kembangkan lagi,Maka akan muncul “Mencari ilmu untuk sebuah gengsi”, atau “Mencari ilmu untuk membodohkan orang lain” dan lain-lain, Yang tujuannya hanya untuk menuruti kehendak atau keingina nafsunya untuk Urip penak,, hnilah menurut saya masalah di kehidupan masyarakat kita yang menyebabkan hilangnya tanggung jawab keilmuan kita, dan tentu saja hal ini terjadi karena konsep Majaril Fikr tak lagi digunakan dalam masyarakat kita.
            “Ilmu adalah pohon dan amal adalah buahnya jika ilmu tanpa amal maka bagaikan pohon tanpa buah”, Suatu hadist yang sering di ulang-ulang oleh ustadz saya, maka berfikirlah saya, Apa jadinya jika pohon tanpa buah?? Pohon tanpa buah adalah pohon yang tak bisa mengeluarkan manfaat, hanya sebagai hiasan atau bahkan lebih baik ditebang dari pada menganggu kabel listrik PLN atau membahayakan jiwa orang ketika musim angin kencang. Itulah perumpaan bagi kita yang tak mengamalkan (mempraktekkan) ilmu kita,, Lalu hubungannya pengamalan dengan Orientasi berfikir apa??? ,Hmm jika orientasi keilmuan kita selalu kita arahkan pada Tuhan kita, Maka sudah semestinya kita akan selalu mengamalkan ilmu kita untuk kebaikan karena sudah jelas hal itu merupakan suatu perintah dari Tuhan bagi kita, jadi pengamalan (Implikasi) dari ilmu yang kita peroleh merupakan hasil dari dari Orientasi berfikir kita (Majaril Fikr) kita, dan inilah kesimpulan yang terjadi.
            Sedangkan bentuk dari pengamalan keilmuan kita inilah yang kelak akan menghasilkan sebuah tanggung jawab keilmuan kita, inilah inti dari masalah ini berapa banyak dari kita yang mempelajari ilmu hukum untuk menghukumi seseorang seenaknya, jika ditanyakan,Tanggung jawab keilmuan orang tersebut harus dipertanyakan, Karena orang tersebut hanya mencari ilmu  tanpa suatu pengamalan untuk kebajikan, dan masih banyak hal lain, Seperti orang pandai yang membodohi kawannya, lalu Para Ulama yang menggunakan Ilmunya untuk mencari keuntungan pribadi, Jika ditanyakan tentang masalah ini, maka jawaban saya tetap yaitu ketiadaan Tanggung jawab keilmuanlah yang menyebabkan hal ini terjadi.
            Maka inilah kesimpulan dari masalah ini akar yang menyebabkan terjadinya Penyelewengan Keilmuan yaitu Hilangnya Tanggung Jawab Keilmuan,, dan tentunya cara untuk menghasilkan Suatu tanggung jawab keilmuan kita adalah dengan pemupukan orientasi kita saat kita mencari ilmu, inilah yang kelak menentukan apakah kita akan menjadi Pengemban keilmuaan sejati atau kita hanya akan menjadi seorang penghianat keilmuan, maka dari itu untuk mengatasi masalah ini marilah “Kita bersama-sama kembali membetulkan arah tujuan kita dalam menuntut ilmu” sebelum kita menyimpang terlalu jauh, dan dari hal di atas dapat saya ambil kesimpulan:
Mencari ilmu membutuhkan Majaril Fikr, Majaril Fikr berjalan melalui Tafakkur,Lalu Tafakkur akan menimbulkan Amal,  Dan Amal akan menimbulkan Tanggung jawab keilmuan..

(Setidaknya ini menurut saya,mohon maaf bila terdapat banyak kekurangan)

Sabtu, 24 Maret 2012

Teory Indeterministik merupakan kepanjangan tangan dari rentetan pembahasan dalam filsafat moral, Teory ini pernah saya dengarkan ketika berlangsungnya jam perkuliahan di kampuz saya oleh salah satu dosen senior saya, Fine,, Mari kita mulai analisa, Indeterministik adalah sebuah kehendak bebas dari manusia untuk memilih suatu pilihan,, Yang pertamakali menjadi pertanyaan saya waktu itu adalah “kapan saya mulai memilih untuk diciptakan???”,,  Cukup lucu bagi saya, jika manusia merasa memiliki suatu daya untuk menentukan hidupnya sendiri.. Maka mungkin saja kalimat yang kemudian terucap dari hati saya adalah “Jika manusia memang memiliki kemampuan itu seharusnya semua manusia di dunia ini akan bahagia??  Toh,tak ada manusia yang memilih untuk menderita” Fakta yang telah terjadi di lapangan seakan berbicara akan hal lain.
                Coba kita tinjau kembali dari segi agama di mana kata “laa haula wala kuwata illa billa hil aliyyuladzim” seharusnya bisa memberikan jawaban akan teory ini, Segala daya dan kekuatan adalah milik Tuhan tentu saja hal ini yang menandakan status kehambaan kita di hadapan tuhan, sehdangkan setiap usaha dan daya manusia takkan pernah bisa menentukan hasil  (uups,, terdengar seperti Jabbariyah) ok fine, bagi saya jabbariyyah atau bukan tidaklah menjadi suatu persoalan, selama konsep itu sesuai dengan fakta yang berlaku bagi saya no problem.  Kadang kali sering kita tempatkan suatu ketidak adilan untuk Tuhan, maksudnya begini jika yang usaha adalah kita kemudian hasil merupakan sebuah anak dari usaha kita, so bisa dibilang kita tak perlu lagi membutuhkan tuhan kita,  come man,, kita bisa hidup tanpa pemeliharaan atau kekuasaan Tuhan, Kita bisa bebas menentukan nasib kita sendiri, menentukan akan menjadi apa kita nanti dan menentukan dimana letak kebahagiaan kita,  Jika kita fikirkan sekali lagi dimana kerja keras menghasilkan kekayaan, belajar menghasilkan kecerdasan, olahraga menghasilkan kesehatan dan merokok menghasilkan penyakit, lalu dimanakah peran Tuhan sebagai pencipta atau penghasil???
                Pilihan yang masuk akal untuk masalah diatas ialah lebih baik kita sembah  kerja keras kita, belajar kita, olahraga kita dan rokok kita, karena menurut teory ini hal itulah yang menghasilkan atau menciptakan sesuatu, tapi  memang Tuhan seakan berbicara kepada kita yaitu ketika semua usaha di atas tak selalu menghasilkan sesuatu yang mezty kita harapkan, banyak orang bekerja keras siang malam tapi tak kunjung kaya dan banyak pula anak yang belajar akan tetapi karena (maaf) kecerdasan bawaan yang rendah maka ia tak mendapat hasil maksimal.
                Bagi saya setidaknya kita tak pernah memilih kawan, kita selalu dipilihkan oleh Tuhan kita, Bagaimana Ia menggerakkan kecondongan hati kita akan sesuatu dan mencondongkan pilihan kita kepada sesuatu itu adalah suatu bukti kekuasaannya, Andaikan saya dapat memilih pasti saya tak akan memilih untuk jatuh cinta pada seseorang yang tak mencintai saya  (curhat) hahhaha,,, Tapi diluar itu semua inilah keindahan hidup ini kawan dimana kita semua telah dipilihkan peran kita masing-masing oleh tuhan kita dan sekarang tinggal bagaimana kita menjalankan peran tersebut sesuai dengan konsep skrip dari sang Sutradara kehidupan. Dia lah yang menciptakan kita kemudian menciptkan pilihan untuk kita dan lalu memilihkan segalanya untuk kita,, seharusnya kita posisikan hal ini dalam keyakinan dan hati kita akan tetapi jangan ditempatkan hal ini dalam jasad kita, Karena apabila kita tempatkan hal ini pada jasad kita maka akan timbul efek apatis or males dan sebagainya, karena bagaimanapun juga kehidupan harus tetap berjalan teman jika kita hanya diam diri maka kita tak layak disebut hamba yang bertugas sebagai Khalifah fil Ard, Tujuan kita diciptakan adalah untuk beribadah dengan cara mengelola dunia ini dan menjalankan tugas kehambaan kita sesuai dengan kemampuan dan posisi kita masing-masing. So hal ini tak akan terpenuhi hanya dengan berdiam diri dan bertindak apatis terhadap lingkungan di sekitar kita, Ini ada sebuah hadist “sebaik-baiknya orang mukmin adalah yang mampu memberikan rahmat bagi sekitarnya”  (kurang lebih begitu bunyinya) .inilah suatu dorongan dari Rasul kita untuk memotivasi kita agara kita tetap menjalankan hidup kita sesuai dengan sekenario yang benar.
                Jadi inti dari analisa saya hari ini adalah tentang bagaimana memadukan antara konsep Jabbariyyah yang kita masukkan dalam hati dan konsep Qoddariyyah yang harus kita tempatkan pada jasad kita,

( setidaknya ini menurut saya, mohon maaf bila terdapat banyak kekurangan)

                Kali ini saya akan mencoba untuk menyoroti masalah bangun tidur, suatu kondisi yang sering kita dapatkan ketika mengarungi hari demi hari di lautan kehidupan kita, jika kita berada dalam keadaan ini ketidak stabilan kondisi akan terjadi, kebingungan,kekacauan loncatan-locatan fikiran seakan berlarian di dalam kepala,Dan sering kita dapati berbagai kejadian yang melibatkan emosi kita saat kita mengalami kondisi ini, Ada kondisi baru yang harus kita masuki saat kita bangun tidur yaitu bagaimana kita beradaptasi dari dimensi mimpi menuju dimensi kehidupan alam nyata dan tentunya hal ini butuh berbagai penyesuaian, Terkadang suasana mimpi masih menyelimuti kita hal inilah yang turut berperan menentukan kondisi hati kita,
             
Jika  aliran listrik dirumah kita mengalami gangguan yang menyebabkan suatu peristiwa tidak mengenakkan, Menyebabkan kekesalan atau mungkin menyebabkan kebinggungan,Mungkin cara yang paling ampuh bagi kita adalah dengan menghidupkan suatu cahaya temaram guna melawan kegelapan di sekitar kita, Respon pertama yang mungkin muncul di fikiran kita adalah mencoba mendapatkan sebuah benda yaitu Lilin,,Sebuah cahaya kecil tapi cukup untuk menerangy diri kita dan sekitar kita,, Yang coba untuk saya soroti sekarang adalah bagaimana kondisi yang datang dalam diri kita ketika situasi ini sedang terjadi pada kita...
Pertama ketika cahaya terang (lampu) mendadak hilang dari kita hal pertama yang terjadi adalah sebuah shock condition yaitu kepanikan atau kebingungan karena mendadak kegelapan menyelimuti kita, yang menjadi pertanyaan sekarang adalah mengapa kegelapan bisa menyebabkan suatu kebinggugan, apakah dikarenakan benda-benda disekitar kita tak terlihat atau ada ketidakmampuan kita untuk menangkap kehadiran objek atau subjek di sekitar kita, Mungkin ini adalah salah satu jawaban yang pas untuk masalah tadi,Kegelapan ternyata bisa menghasilkan sebuah kebingungan atau kepanikan, Dan tentunya jika hal ini kita implikasikan pada kehidupan secara nyata cukup masuk akal orang-orang yang bingung rata-rata memang berada dalam kondisi gelap, Dimana mereka tidak tahu atau mereka tidak punya suatu tujuan hidup yang jelas akan arahnya, Maka seketika itu juga kebinggungan dan kepanikan akan segera melanda.
Kembali ke masalah lampu tadi,Ketika kita menemukan suatu cahaya atau sebuah lilin dengan segera akan terjadi sebuah ketenangan atau rasa senang menyelimuti diri kita, dan jika hal ini kita tinjau dari segi Religi ketenanggan diturunkan oleh tuhan guna menambah keimanan kita memang begitu adanya, Iman adalah begaimana tentang kepercayaan kita  dan dengan sebuah kepercayaan akan sesuatu maka secara otomatis akan menghilangkan keragu-raguan dan timbullah keyakinan yang kuat sehingga kebimbangan atau kepanikan mampu terusir seketika, Dan jika kita kembali pada konsep ilmu itu adalah cahaya, akan terjadi hal menarik disini yaitu ilmu menimbulkan suatu cahaya,kemudian cahaya menimbulkan suatu ketenagan lalu ketenangan mampu menambah Iman kita,
Anatara ilmu ,cahaya,ketenanggan dan Iman ternyata merupakan suatu rangkaian yang saling menyambung dari setiap sisinya. Wow suatu pembelajaran bagi saya hari ini adalah bagaimana dari melihat sebuah cahaya lilin di dalam kamar ternyata mampu menghasilkan suatu rantai keimanan yang berujung pada turunnya sebuah ilmu..

(Setidaknya ini menurut saya,Mohon maaf bila terdapat banyak kesalahan)

Kamis, 22 Maret 2012

Kadang bercanda bersama terasa menyenangkan ,membuat lupa sejenak kepenatan-kepenatan yang di sebabkan oleh ulah tak etis dari kehidupan, Pernahkah kita fikirkan Andai  "Canda"  tak pernah diciptakan?? Mungkin wajah kusut akan selau hadir menghiasi hari-hari kita. Pernah seakan canda itu tak membantu akan apapun tentang, Hanya sekedar omongan bodoh yang mungkin menambah keruh sebuah suasana, Tak ada solusi disana yang ada hanya sebuah Kebodohan yang bertingkat yang menggiring cara berfikir kita ke tingkat lebih rendah...Jika kita coba hubungkan lebih jauh lagi, berawal dari canda ternyata mampu membentuk sebuah komunitas atau sebuah koloni yang mempunyai suatu relasi yang cukup erat, Efek dari hal ini adalah terjadi sebuah pekotakan dalam suatu lingkup sosia tertentu, tentu hal ini merupakan suatu kerugian sendiri dimana ternyata bata,kotak-kotak dalam pergaulan ini biasanya memicu terjadinya konflik antar sesama kelompok pergaulan, dan jika hal ini dibiarka terus berlanjut tentu saja akan menjadikan sebuah ketidak harmonisan dalam suatu lingkungan sosial masyarakat...