Untuk "Pencipta" filosofisku, simbol,tanda dan makna terliputi dalam wilayahMu.

Sabtu, 24 Maret 2012

Indeterministik, Qodariyyah dan Jabbariyyah

Teory Indeterministik merupakan kepanjangan tangan dari rentetan pembahasan dalam filsafat moral, Teory ini pernah saya dengarkan ketika berlangsungnya jam perkuliahan di kampuz saya oleh salah satu dosen senior saya, Fine,, Mari kita mulai analisa, Indeterministik adalah sebuah kehendak bebas dari manusia untuk memilih suatu pilihan,, Yang pertamakali menjadi pertanyaan saya waktu itu adalah “kapan saya mulai memilih untuk diciptakan???”,,  Cukup lucu bagi saya, jika manusia merasa memiliki suatu daya untuk menentukan hidupnya sendiri.. Maka mungkin saja kalimat yang kemudian terucap dari hati saya adalah “Jika manusia memang memiliki kemampuan itu seharusnya semua manusia di dunia ini akan bahagia??  Toh,tak ada manusia yang memilih untuk menderita” Fakta yang telah terjadi di lapangan seakan berbicara akan hal lain.
                Coba kita tinjau kembali dari segi agama di mana kata “laa haula wala kuwata illa billa hil aliyyuladzim” seharusnya bisa memberikan jawaban akan teory ini, Segala daya dan kekuatan adalah milik Tuhan tentu saja hal ini yang menandakan status kehambaan kita di hadapan tuhan, sehdangkan setiap usaha dan daya manusia takkan pernah bisa menentukan hasil  (uups,, terdengar seperti Jabbariyah) ok fine, bagi saya jabbariyyah atau bukan tidaklah menjadi suatu persoalan, selama konsep itu sesuai dengan fakta yang berlaku bagi saya no problem.  Kadang kali sering kita tempatkan suatu ketidak adilan untuk Tuhan, maksudnya begini jika yang usaha adalah kita kemudian hasil merupakan sebuah anak dari usaha kita, so bisa dibilang kita tak perlu lagi membutuhkan tuhan kita,  come man,, kita bisa hidup tanpa pemeliharaan atau kekuasaan Tuhan, Kita bisa bebas menentukan nasib kita sendiri, menentukan akan menjadi apa kita nanti dan menentukan dimana letak kebahagiaan kita,  Jika kita fikirkan sekali lagi dimana kerja keras menghasilkan kekayaan, belajar menghasilkan kecerdasan, olahraga menghasilkan kesehatan dan merokok menghasilkan penyakit, lalu dimanakah peran Tuhan sebagai pencipta atau penghasil???
                Pilihan yang masuk akal untuk masalah diatas ialah lebih baik kita sembah  kerja keras kita, belajar kita, olahraga kita dan rokok kita, karena menurut teory ini hal itulah yang menghasilkan atau menciptakan sesuatu, tapi  memang Tuhan seakan berbicara kepada kita yaitu ketika semua usaha di atas tak selalu menghasilkan sesuatu yang mezty kita harapkan, banyak orang bekerja keras siang malam tapi tak kunjung kaya dan banyak pula anak yang belajar akan tetapi karena (maaf) kecerdasan bawaan yang rendah maka ia tak mendapat hasil maksimal.
                Bagi saya setidaknya kita tak pernah memilih kawan, kita selalu dipilihkan oleh Tuhan kita, Bagaimana Ia menggerakkan kecondongan hati kita akan sesuatu dan mencondongkan pilihan kita kepada sesuatu itu adalah suatu bukti kekuasaannya, Andaikan saya dapat memilih pasti saya tak akan memilih untuk jatuh cinta pada seseorang yang tak mencintai saya  (curhat) hahhaha,,, Tapi diluar itu semua inilah keindahan hidup ini kawan dimana kita semua telah dipilihkan peran kita masing-masing oleh tuhan kita dan sekarang tinggal bagaimana kita menjalankan peran tersebut sesuai dengan konsep skrip dari sang Sutradara kehidupan. Dia lah yang menciptakan kita kemudian menciptkan pilihan untuk kita dan lalu memilihkan segalanya untuk kita,, seharusnya kita posisikan hal ini dalam keyakinan dan hati kita akan tetapi jangan ditempatkan hal ini dalam jasad kita, Karena apabila kita tempatkan hal ini pada jasad kita maka akan timbul efek apatis or males dan sebagainya, karena bagaimanapun juga kehidupan harus tetap berjalan teman jika kita hanya diam diri maka kita tak layak disebut hamba yang bertugas sebagai Khalifah fil Ard, Tujuan kita diciptakan adalah untuk beribadah dengan cara mengelola dunia ini dan menjalankan tugas kehambaan kita sesuai dengan kemampuan dan posisi kita masing-masing. So hal ini tak akan terpenuhi hanya dengan berdiam diri dan bertindak apatis terhadap lingkungan di sekitar kita, Ini ada sebuah hadist “sebaik-baiknya orang mukmin adalah yang mampu memberikan rahmat bagi sekitarnya”  (kurang lebih begitu bunyinya) .inilah suatu dorongan dari Rasul kita untuk memotivasi kita agara kita tetap menjalankan hidup kita sesuai dengan sekenario yang benar.
                Jadi inti dari analisa saya hari ini adalah tentang bagaimana memadukan antara konsep Jabbariyyah yang kita masukkan dalam hati dan konsep Qoddariyyah yang harus kita tempatkan pada jasad kita,

( setidaknya ini menurut saya, mohon maaf bila terdapat banyak kekurangan)

5 komentar:

  1. "Bagi saya setidaknya kita tak pernah memilih kawan, kita selalu dipilihkan oleh Tuhan kita, Bagaimana Ia menggerakkan kecondongan hati kita akan sesuatu dan mencondongkan pilihan kita kepada sesuatu itu adalah suatu bukti kekuasaannya"

    fenomena yang satu ini bisa dipelajari di ilmu psikologi,
    sebelum dikaitkan dengan kekuasaan tuhan...

    (ipul off-A 09)

    BalasHapus
  2. lahaulaa walaa quwwata illa billaahil 'aliyyil adzim. karna itu ada huruf jair.

    wah, kalau bergantung pada tuhan berarti qodiriyah banget tuh. kalau kita berbuat jelek? apakah itu juga kehendak Tuhan? manusia diberi akal untuk memilih mana yang baik dan buruk, mana yang benar dan salah. memang kebenaran yang mutlak ada hanya pada Allah SWT.

    pilihan? ketika kita dihadapkan pada sebuah pilihan, belum tentu yang kita pilih merupakan suatu keputusan yang optimal. dalam teori ekonomi manajerial suatu keputusan memang harus melalui beberapa tahap dan harus mengetahui faktor yang terkait.

    ayo ngopi le.,,, hehe

    BalasHapus
  3. Semua harus kita kembalikan kepada diri kita masing2, di mana diri kita bisa menerima semua keadaan tersebut tanpa harus menyalahkan tuhan sebagai pencipta.

    BalasHapus