Teory Indeterministik merupakan kepanjangan tangan dari
rentetan pembahasan dalam filsafat moral, Teory ini pernah saya dengarkan
ketika berlangsungnya jam perkuliahan di kampuz saya oleh salah satu dosen
senior saya, Fine,, Mari kita mulai analisa, Indeterministik adalah sebuah
kehendak bebas dari manusia untuk memilih suatu pilihan,, Yang pertamakali
menjadi pertanyaan saya waktu itu adalah “kapan saya mulai memilih untuk
diciptakan???”,, Cukup lucu bagi saya,
jika manusia merasa memiliki suatu daya untuk menentukan hidupnya sendiri..
Maka mungkin saja kalimat yang kemudian terucap dari hati saya adalah “Jika
manusia memang memiliki kemampuan itu seharusnya semua manusia di dunia ini
akan bahagia?? Toh,tak ada manusia yang
memilih untuk menderita” Fakta yang telah terjadi di lapangan seakan berbicara
akan hal lain.
Coba
kita tinjau kembali dari segi agama di mana kata “laa haula wala kuwata illa billa hil aliyyuladzim” seharusnya
bisa memberikan jawaban akan teory ini, Segala daya dan kekuatan adalah milik
Tuhan tentu saja hal ini yang menandakan status kehambaan kita di hadapan
tuhan, sehdangkan setiap usaha dan daya manusia takkan pernah bisa menentukan
hasil (uups,, terdengar seperti Jabbariyah) ok fine, bagi saya jabbariyyah atau bukan tidaklah
menjadi suatu persoalan, selama konsep itu sesuai dengan fakta yang berlaku
bagi saya no problem. Kadang kali sering kita tempatkan suatu
ketidak adilan untuk Tuhan, maksudnya begini jika yang usaha adalah kita
kemudian hasil merupakan sebuah anak dari usaha kita, so bisa dibilang kita tak
perlu lagi membutuhkan tuhan kita, come man,, kita bisa hidup tanpa
pemeliharaan atau kekuasaan Tuhan, Kita bisa bebas menentukan nasib kita
sendiri, menentukan akan menjadi apa kita nanti dan menentukan dimana letak
kebahagiaan kita, Jika kita fikirkan
sekali lagi dimana kerja keras
menghasilkan kekayaan, belajar menghasilkan kecerdasan, olahraga menghasilkan kesehatan dan merokok menghasilkan penyakit, lalu
dimanakah peran Tuhan sebagai pencipta atau penghasil???
Pilihan
yang masuk akal untuk masalah diatas ialah lebih baik kita sembah kerja keras kita, belajar kita, olahraga kita
dan rokok kita, karena menurut teory ini hal itulah yang menghasilkan atau
menciptakan sesuatu, tapi memang Tuhan
seakan berbicara kepada kita yaitu ketika semua usaha di atas tak selalu
menghasilkan sesuatu yang mezty kita harapkan, banyak orang
bekerja keras siang malam tapi tak kunjung kaya dan banyak pula anak yang
belajar akan tetapi karena (maaf) kecerdasan bawaan yang rendah
maka ia tak mendapat hasil maksimal.
Bagi
saya setidaknya kita tak pernah memilih kawan, kita selalu dipilihkan oleh
Tuhan kita, Bagaimana Ia menggerakkan kecondongan hati kita akan sesuatu dan
mencondongkan pilihan kita kepada sesuatu itu adalah suatu bukti kekuasaannya,
Andaikan saya dapat memilih pasti saya tak akan memilih untuk jatuh cinta pada
seseorang yang tak mencintai saya (curhat)
hahhaha,,, Tapi diluar itu semua inilah keindahan hidup ini kawan dimana kita
semua telah dipilihkan peran kita masing-masing oleh tuhan kita dan sekarang
tinggal bagaimana kita menjalankan peran tersebut sesuai dengan konsep skrip
dari sang Sutradara kehidupan.
Dia lah yang menciptakan kita kemudian
menciptkan pilihan untuk kita dan lalu memilihkan segalanya untuk kita,,
seharusnya kita posisikan hal ini dalam keyakinan dan hati kita akan tetapi
jangan ditempatkan hal ini dalam jasad kita, Karena apabila kita tempatkan hal
ini pada jasad kita maka akan timbul efek apatis
or males dan sebagainya, karena
bagaimanapun juga kehidupan harus tetap berjalan teman jika kita hanya diam diri
maka kita tak layak disebut hamba yang bertugas sebagai Khalifah fil Ard, Tujuan kita diciptakan adalah untuk beribadah
dengan cara mengelola dunia ini dan menjalankan tugas kehambaan kita sesuai dengan
kemampuan dan posisi kita masing-masing. So hal ini tak akan terpenuhi hanya
dengan berdiam diri dan bertindak apatis terhadap lingkungan di sekitar kita, Ini
ada sebuah hadist “sebaik-baiknya orang mukmin adalah yang mampu memberikan rahmat bagi
sekitarnya” (kurang lebih begitu
bunyinya) .inilah suatu dorongan dari Rasul kita untuk memotivasi kita agara
kita tetap menjalankan hidup kita sesuai dengan sekenario yang benar.
Jadi
inti dari analisa saya hari ini adalah tentang bagaimana memadukan antara
konsep Jabbariyyah yang kita masukkan dalam hati dan konsep Qoddariyyah yang
harus kita tempatkan pada jasad kita,
( setidaknya ini menurut saya, mohon maaf bila terdapat banyak kekurangan)
lanjutkan,.,.,.
BalasHapus"Bagi saya setidaknya kita tak pernah memilih kawan, kita selalu dipilihkan oleh Tuhan kita, Bagaimana Ia menggerakkan kecondongan hati kita akan sesuatu dan mencondongkan pilihan kita kepada sesuatu itu adalah suatu bukti kekuasaannya"
BalasHapusfenomena yang satu ini bisa dipelajari di ilmu psikologi,
sebelum dikaitkan dengan kekuasaan tuhan...
(ipul off-A 09)
tolong ceritakan garis besarnya saja....
Hapuslahaulaa walaa quwwata illa billaahil 'aliyyil adzim. karna itu ada huruf jair.
BalasHapuswah, kalau bergantung pada tuhan berarti qodiriyah banget tuh. kalau kita berbuat jelek? apakah itu juga kehendak Tuhan? manusia diberi akal untuk memilih mana yang baik dan buruk, mana yang benar dan salah. memang kebenaran yang mutlak ada hanya pada Allah SWT.
pilihan? ketika kita dihadapkan pada sebuah pilihan, belum tentu yang kita pilih merupakan suatu keputusan yang optimal. dalam teori ekonomi manajerial suatu keputusan memang harus melalui beberapa tahap dan harus mengetahui faktor yang terkait.
ayo ngopi le.,,, hehe
Semua harus kita kembalikan kepada diri kita masing2, di mana diri kita bisa menerima semua keadaan tersebut tanpa harus menyalahkan tuhan sebagai pencipta.
BalasHapus