Untuk "Pencipta" filosofisku, simbol,tanda dan makna terliputi dalam wilayahMu.

Senin, 26 Maret 2012

Tanggung Jawab Keilmuan

Dalam suatu kegiatan ngaji shubuh di pesantren saya, selalu ada wejangan khusus dari Ustad saya tentunya,Tentang hal yang sudah sangat populer dan bahkan seringkali kami para santri merasa bosan mendengarkannya (hehe).. Yaitu masalah “tanggung jawab keilmuan”, Dimana pernah dalam suatu pertemuan,Sang ustad berwasiat kepada para santrinya agar saat ketika kita menyerap suatu ilmu hendaknya tidak hanya sekedar dibuat suatu pengetahuan saja,Akan tetapi harus disertai tindakan nyata guna mempraktekkan ilmu tersebut.Berangkat dari masalah ini, terlintas dalam benak saya untuk menuangkan sedikit unek-unek tentang hal ini, Baiklah saya mulai saja (Hehe),,,,,
Masalah klasik dari hampir semua umat manusia adalah tentang bagaimana mengamalkan suatu ilmu yang mereka peroleh, alangkah rumitnya hal tersebut sampai berbagai macam disiplin ilmu dikerahkan guna menyelesaikan masalah tersebut. Akan tetapi masih saja banyak contoh-contoh buruk yang mendominasi diluar sana tentang penyelewengan sebuah sistematika keilmuan yang pada akhirnya berujung pada menarik keuntungan pribadi dengan cara merugikan orang lain.
Pedoman utama yang ingin saya tuangkan adalah ayat “Iqro’ bismirobbikalladzi kholaq(bacalah dengan nama tuhan yang telah menciptakanmu), Bagi saya ayat inilah yang menjadi dasar bagi setiap muslim untuk menuntut sebuah ilmu, jika kita perhatikan lagi kata iqro’ yaitu adalah sebuah kata yang ditujukan pada kita,untuk mencari ilmu dan mempelajari sebuah ilmu, dan kata ini menurut saya juga suatu perlambangan agar kita harus mencari pengetahuaan sebanyak-banyaknya semaksimal mungkin,Inilah yang mendasari sebuah hadist “menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim” .Jadi jika kita ambil suatu kesimpulan menuntut ilmu atau mencari ilmu atau mempelajari ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap hamba tuhan di muka bumi ini.
Tapi tolong perhatian kita jangan hanya kita fokuskan pada kata iqro’, Coba kita baca lanjutannya Bismirobbikalladzi kholaq (Dengan nama tuhan mu yang menciptakan)  ini adalah suatu arahan bagi para penuntut ilmu seperti kita untuk tetap menjalankan kwajiban kita yaitu menuntut ilmu demi tujuan yang benar yaitu Tuhan yang telah menciptakan kita,Suatu konsep dari tasawuf yang dalam kitab ihya’ ulummuddin karya Imam AL-Ghozali disebut dengan konsep Majaril Fiqr (Bahasa kerennya Orientasi berfikir),Inilah yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari kita,Yaitu tentang arah atau sebuah tujuan dalam mencari ilmu, sudah tepatkah tujuan kita selama ini??? Itulah yang harus kita instropeksi lebih jauh lagi.
Membahas Al Majaril Al Fiqr atau orientasi berfikir , Pertama-tama kita harus membahas tentang apa itu fiqr atau fikiran, Dalam setiap pencarian sebuah ilmu khususnya bagi orang awam seperti kita,Piranti lunak yang memegang peran sentral adalah akal kita. Dan menurut saya fikiran adalah sebuah proses bekerjanya suatu akal untuk menghasilkan atau memikirkan sesuatu (Teory saya sendiri haha),, Dengan adanya orientasi berfikir maka hendaknya setiap daya fikir kita,kita gunakan untuk memikirkan hal-hal yang bersifat  Ketuhanan (Tafakkur), karena menurut standart keislaman hendaknya setiap orang mukmin mengorientasikan seluruh kehidupannya untuk tujuan Ubudiyah (penghambaan) kepada Tuhan,,Inilah standart setiap muslim di dunia ini, Yang kemudian berpedoman kepada ayat “Wa inna ilaa robbikal muntahaa” (dan sesungguhnya hanya kepada tuhanmulah segala sesuatu itu berakhir).
Jadi jika kita hubungkan dengan pembahasan pada paragraph atas, Maka sudah tentu seharusnya orientasi dari setiap pencarian keilmuan kita yaitu berujung pada Tuhan kita, Dan inilah sumber masalah kita,Betapa banyak sekarang dari kita yang mengorientasikan pencarian keilmuannya untuk selain Tuhan, Seperti yang lagi trend sekarang ialah mencari ilmu guna mendapatkan pekerjaan, dan parahnya hal ini malah disarankan oleh orang tua kita sendiri, Dimana semenjak kecil kita selalu didik untuk menghayalkan tentang cita-cita kita, Yang pada dasarnya ialah  masalah Pekerjaan, ada sebuah kata “Nak sekolaho sing pinter ben sesok gampang oleh kerjo” ini adalah kata yang sering kali kita dengar dari orang tua kita, sungguh pola fikir yang Naif dan cenderung Primitif menurut saya (hehe), Dan jika saya boleh berbicara secara terang-terangan, “Sesungguhnya kebanyakan orang tua kita ikut andil dalam membangun budaya yang menghancurkan suatu Tanggung jawab keilmuan “, Dari hal ini dapat tergambar bagaimana Keimanan orang tua kita yang sangat luar biasa terhadap pekerjaan, Rata-rata mereka mengimani bahwa dengan pekerjaan yang tepat maka akan menghasilkan kebahagiaan (Haha,, Sungguh naif Old Man),Dan bukan hanya keimanan yang berlebihan tetapi juga Ketakutan yang berlebihan terhadap kehidupan dan juga dengan hanya menganggap Pekerjaan adalah satu-satunya Jalan untuk mendapatkan Kebahagiaan berarti merupakan suatu Penyempitan Jalan untuk mendapatkan Kebahagiaan dan imbasnya adalah Penyempitan akan keluasan Rahmat Tuhan yang berupa Kebahagiaan itu sendiri, Kembali ke masalah awal ,Dan jika tujuan yang kacau ini  kita kembangkan lagi,Maka akan muncul “Mencari ilmu untuk sebuah gengsi”, atau “Mencari ilmu untuk membodohkan orang lain” dan lain-lain, Yang tujuannya hanya untuk menuruti kehendak atau keingina nafsunya untuk Urip penak,, hnilah menurut saya masalah di kehidupan masyarakat kita yang menyebabkan hilangnya tanggung jawab keilmuan kita, dan tentu saja hal ini terjadi karena konsep Majaril Fikr tak lagi digunakan dalam masyarakat kita.
            “Ilmu adalah pohon dan amal adalah buahnya jika ilmu tanpa amal maka bagaikan pohon tanpa buah”, Suatu hadist yang sering di ulang-ulang oleh ustadz saya, maka berfikirlah saya, Apa jadinya jika pohon tanpa buah?? Pohon tanpa buah adalah pohon yang tak bisa mengeluarkan manfaat, hanya sebagai hiasan atau bahkan lebih baik ditebang dari pada menganggu kabel listrik PLN atau membahayakan jiwa orang ketika musim angin kencang. Itulah perumpaan bagi kita yang tak mengamalkan (mempraktekkan) ilmu kita,, Lalu hubungannya pengamalan dengan Orientasi berfikir apa??? ,Hmm jika orientasi keilmuan kita selalu kita arahkan pada Tuhan kita, Maka sudah semestinya kita akan selalu mengamalkan ilmu kita untuk kebaikan karena sudah jelas hal itu merupakan suatu perintah dari Tuhan bagi kita, jadi pengamalan (Implikasi) dari ilmu yang kita peroleh merupakan hasil dari dari Orientasi berfikir kita (Majaril Fikr) kita, dan inilah kesimpulan yang terjadi.
            Sedangkan bentuk dari pengamalan keilmuan kita inilah yang kelak akan menghasilkan sebuah tanggung jawab keilmuan kita, inilah inti dari masalah ini berapa banyak dari kita yang mempelajari ilmu hukum untuk menghukumi seseorang seenaknya, jika ditanyakan,Tanggung jawab keilmuan orang tersebut harus dipertanyakan, Karena orang tersebut hanya mencari ilmu  tanpa suatu pengamalan untuk kebajikan, dan masih banyak hal lain, Seperti orang pandai yang membodohi kawannya, lalu Para Ulama yang menggunakan Ilmunya untuk mencari keuntungan pribadi, Jika ditanyakan tentang masalah ini, maka jawaban saya tetap yaitu ketiadaan Tanggung jawab keilmuanlah yang menyebabkan hal ini terjadi.
            Maka inilah kesimpulan dari masalah ini akar yang menyebabkan terjadinya Penyelewengan Keilmuan yaitu Hilangnya Tanggung Jawab Keilmuan,, dan tentunya cara untuk menghasilkan Suatu tanggung jawab keilmuan kita adalah dengan pemupukan orientasi kita saat kita mencari ilmu, inilah yang kelak menentukan apakah kita akan menjadi Pengemban keilmuaan sejati atau kita hanya akan menjadi seorang penghianat keilmuan, maka dari itu untuk mengatasi masalah ini marilah “Kita bersama-sama kembali membetulkan arah tujuan kita dalam menuntut ilmu” sebelum kita menyimpang terlalu jauh, dan dari hal di atas dapat saya ambil kesimpulan:
Mencari ilmu membutuhkan Majaril Fikr, Majaril Fikr berjalan melalui Tafakkur,Lalu Tafakkur akan menimbulkan Amal,  Dan Amal akan menimbulkan Tanggung jawab keilmuan..

(Setidaknya ini menurut saya,mohon maaf bila terdapat banyak kekurangan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar