Moral
adalah suatu sesuatu yang benar-benar ada dan tak bisa dipungkiri di kehidupan
kita. Dalam menjalani kehidupan, moral menjadi semacam rambu atau aturan yang
berfungsi untuk mengontrol dan mengarahkan perjalanan seluruh jenis manusia
untuk mencapai tujuannya. Ajaran tentang moral diajarkan kepada seluruh umat
manusia tanpa peduli tentang umur, jenis kelamin, agama,dan etnis. Ajaran moral
secara sama menyentuh semua lapisan masyarakat dan jika ada yang berbeda
mungkin hanya frekuensi pengajarannya. Dengan mengalirnya ajaran moral kepada
seluruh lapisan masyarakat, maka tentu
saja diperlukan pipa-pipa yang berfungsi untuk mengalirkan ajaran moral kepada
masyarakat, dan pipa-pipa aliran yang saya maksud disini adalah seperti Agama,
Pendidikan, dan berbagai jenis kearifan-kearifan lokal yang tentunya sarat akan
pesan-pesan moral.
Keberhasilan akan penyaluran ajaran-ajaran moral tidak hanya dipengaruhi oleh pipa-pipa penyalurnya, akan tetapi juga dipengaruhi oleh daya tangkap masyarakan yang menerima aliran dari ajaran moral tersebut, Berbedanya daya tangkap akan ajaran- ajaran Moral tentu juga disebabkan karena perbedaan golongan-golongan/kelompok-kelompok dalam masyarakat itu sendiri, dan yang menjadi pertanyaan adalah dikelompok masyarakat. Dan manakah yang menjadi titik paling rentan akan kegagalan dari pengajaran moral??, disini saya akan menjawab “Kelompok generasi muda” hal ini dikarenakan kelompok ini adalah kelompok transisi menuju kelompok dewasa yang tentu saja mengisaratkan akan terjadinya berbagai macam kritik, benturan, penyangkalan dll.Kelompok generasi muda seiring dengan berkembangnya zaman dan peradaban, telah memungkinkan terjadinya berbagai macam terobosan-terobosan terutama di bidang pendidikan yang membuat terjadinya perbedaan antara kelmpok muda sebelum modernitas dan kelompok muda era modernitas, Perbedaan yang paling mencolok tentu saja terjadi di bidang pendidikan yang menyebabkan kelompok muda era modernitas lebih banyak mendapatkan pendidikan yang layak, sehingga tidak mengherankan bangku perkuliahan yang dianggap menjadi ujung atau puncak dari pendidikan dewasa ini mampu dirasakan oleh sebagian besar kelompok muda, Inilah yang membedakan kelompok muda sebelum modernitas dan kelompok muda era modernitas, Jadi menurut saya cukup adil jika saya menjadikan mahasiswa sebagai wakil dari kelompok muda era modern.Mahasiswa sendiri yang berperan sebagai agent perubahan adalah suatu jenis manusia yang sangat menyukai prinsip-prinsip kebebasan, mulai dari kebebasan berfikir,bertindak,bertingkah laku, berpendapat dll. Hal inilah yang menjadi salah satu sebab terjadinya berbagai reaksi penolakan terhadap ajaran-ajaran moral dan tentu saja dengan penolakan tersebut akan mengakibatkan terhambatnya aliran dari pengajaran akan moral, Selain sebab diatas derasnya alur informasi ide-ide yang mengalir menuju otak generasi muda juga menyebabkan terjadinya hambatan tersebut, pandangan relativisme yang berkembang dalam alam berfikir mahasiswa telah menyebabkan suatu keberanian tersendiri dari kaum mahasiswa, Keberanian ini dalam arti keberanian untuk kembali mempertanyakan tentang konsep-konsep yang selama ini dianggap absolut dan tak tersentuh oleh pertanyaan, yang tentu saja salah satunya adalah konsep tentang moral, kajian-kajian akan masih perlukah moral? Atau dari manakah moral ini berasal semakin menyebabkan keragu-raguan akan fungsi dalam alam fikir para mahasiswa, Maka akan sangat tidak mengherankan jika banyak kita lihat para mahasiswa era modernis cenderung menomorduakan atau bahkan meninggalkan konsep-konsep tentang moral yang selama ini mereka pegang.Melihat fenomena seperti ini tentu membuat para kelompok tua untuk tidak tinggal diam, Alih-alih untuk menyelamatkan moral para mahasiswa maka para golongan tua mencoba untuk memformulasi pipa pengajaran moral terbaru, dan formulasi inilah yang melahirkan suatu lembaga pendidikan yang bernama “Pesantren Mahasiswa”. Jadi dapat disimpulkan bahwa Pesantren Mahasiswa adalah sebuah formulasi baru yang ditujukan untuk memberikan pengajaran moral guna menyelamatkan para mahasiswa dari dekadensi moralitas mereka. Akan tetapi dari sinilah muncul berbagai macam pertanyaan seperti : sejauh mana tindakan Pesantren Mahasiswa dalam memberikan jaminan penyelamatan moral bagi para mahasiswa? Atau lebih jauh lagi yaitu: dampak apa yang terjadi dalam diri mahasiswa setelah mereka menerima pengajaran moral dari Pesantren Mahasiswa? Pertanyaan- pertanyaan semacam inilah yang akan timbul ketika mahasiswa ditempatkan dalam suatu lembaga pendidikan moral yang berkomitmen menyelamatkan moral mereka dari dekadensi dan degradasi.
Keberhasilan akan penyaluran ajaran-ajaran moral tidak hanya dipengaruhi oleh pipa-pipa penyalurnya, akan tetapi juga dipengaruhi oleh daya tangkap masyarakan yang menerima aliran dari ajaran moral tersebut, Berbedanya daya tangkap akan ajaran- ajaran Moral tentu juga disebabkan karena perbedaan golongan-golongan/kelompok-kelompok dalam masyarakat itu sendiri, dan yang menjadi pertanyaan adalah dikelompok masyarakat. Dan manakah yang menjadi titik paling rentan akan kegagalan dari pengajaran moral??, disini saya akan menjawab “Kelompok generasi muda” hal ini dikarenakan kelompok ini adalah kelompok transisi menuju kelompok dewasa yang tentu saja mengisaratkan akan terjadinya berbagai macam kritik, benturan, penyangkalan dll.Kelompok generasi muda seiring dengan berkembangnya zaman dan peradaban, telah memungkinkan terjadinya berbagai macam terobosan-terobosan terutama di bidang pendidikan yang membuat terjadinya perbedaan antara kelmpok muda sebelum modernitas dan kelompok muda era modernitas, Perbedaan yang paling mencolok tentu saja terjadi di bidang pendidikan yang menyebabkan kelompok muda era modernitas lebih banyak mendapatkan pendidikan yang layak, sehingga tidak mengherankan bangku perkuliahan yang dianggap menjadi ujung atau puncak dari pendidikan dewasa ini mampu dirasakan oleh sebagian besar kelompok muda, Inilah yang membedakan kelompok muda sebelum modernitas dan kelompok muda era modernitas, Jadi menurut saya cukup adil jika saya menjadikan mahasiswa sebagai wakil dari kelompok muda era modern.Mahasiswa sendiri yang berperan sebagai agent perubahan adalah suatu jenis manusia yang sangat menyukai prinsip-prinsip kebebasan, mulai dari kebebasan berfikir,bertindak,bertingkah laku, berpendapat dll. Hal inilah yang menjadi salah satu sebab terjadinya berbagai reaksi penolakan terhadap ajaran-ajaran moral dan tentu saja dengan penolakan tersebut akan mengakibatkan terhambatnya aliran dari pengajaran akan moral, Selain sebab diatas derasnya alur informasi ide-ide yang mengalir menuju otak generasi muda juga menyebabkan terjadinya hambatan tersebut, pandangan relativisme yang berkembang dalam alam berfikir mahasiswa telah menyebabkan suatu keberanian tersendiri dari kaum mahasiswa, Keberanian ini dalam arti keberanian untuk kembali mempertanyakan tentang konsep-konsep yang selama ini dianggap absolut dan tak tersentuh oleh pertanyaan, yang tentu saja salah satunya adalah konsep tentang moral, kajian-kajian akan masih perlukah moral? Atau dari manakah moral ini berasal semakin menyebabkan keragu-raguan akan fungsi dalam alam fikir para mahasiswa, Maka akan sangat tidak mengherankan jika banyak kita lihat para mahasiswa era modernis cenderung menomorduakan atau bahkan meninggalkan konsep-konsep tentang moral yang selama ini mereka pegang.Melihat fenomena seperti ini tentu membuat para kelompok tua untuk tidak tinggal diam, Alih-alih untuk menyelamatkan moral para mahasiswa maka para golongan tua mencoba untuk memformulasi pipa pengajaran moral terbaru, dan formulasi inilah yang melahirkan suatu lembaga pendidikan yang bernama “Pesantren Mahasiswa”. Jadi dapat disimpulkan bahwa Pesantren Mahasiswa adalah sebuah formulasi baru yang ditujukan untuk memberikan pengajaran moral guna menyelamatkan para mahasiswa dari dekadensi moralitas mereka. Akan tetapi dari sinilah muncul berbagai macam pertanyaan seperti : sejauh mana tindakan Pesantren Mahasiswa dalam memberikan jaminan penyelamatan moral bagi para mahasiswa? Atau lebih jauh lagi yaitu: dampak apa yang terjadi dalam diri mahasiswa setelah mereka menerima pengajaran moral dari Pesantren Mahasiswa? Pertanyaan- pertanyaan semacam inilah yang akan timbul ketika mahasiswa ditempatkan dalam suatu lembaga pendidikan moral yang berkomitmen menyelamatkan moral mereka dari dekadensi dan degradasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar