Untuk "Pencipta" filosofisku, simbol,tanda dan makna terliputi dalam wilayahMu.

Selasa, 09 April 2013

Cogito Ergo Sum Descartes


Rene Descartes dilahirkan pada tanggal 31 Maret 1596 di sebuah kota kecil la Haye, Prancis. Dia terlahir di kalangan menengah ke atas sebab dia merupakan anak dari hakim di High Court of Britany. Setting di mana dia tumbuh memberi informasi penting mengenai hidup dan karya Rene Descartes. Lahir di kalangan menengah ke atas berarti dia sudah barang tentu memiliki kekuatan ekonomi yang cukup untuk memperoleh pendidikan yang memadai. Selain itu, Prancis juga menunjuk suatu informasi penting dalam memahami Rene Descartes, yakni menunjuk pada tempat di mana peradaban rasionalitas berkembang pesat. Dengan kata lain, kecerdasan (pemikiran) yang dimiliki oleh Rene Descartes dapat tersalurkan, teraspirasikan, dan lebih-lebih nantinya mampu menginspirasi gerak laju filsafat sesudahnya.
Lebih dari kedua hal tersebut ialah tentang tahun. Tahun tersebut menunjukkan bahwa Descartes dilahirkan pada era Renaisans, era di mana humanisme berkembang pesat, sebuah era di mana hegemoni Gereja sebagai pemegang otoritas kebenaran juga diakhiri. Hal ini bukan berarti dia terlahir di tengah-tengah era di mana gaung dari hegemoni gereja telah lenyap. Gema itu masih ada dan gema itulah yang hendak dilawan oleh Rene Descartes, karena, baginya, hal itu memberikan beberapa kesulitan di dalam ilmu pengetahuan.


Dari sanalah Descartes hadir untuk menanamkan dasar filsafat yang baru, yaitu akal budi (kesadaran). Guna mendukung argumentasinya tersebut, dia mengungkapkan metodenya yang terkenal tentang keraguan (Cartesian Doubt) yang dia gunakan untuk titik tolak filsafatnya. Gelombang berpikir semacam itulah yang membalik cara berpikir pada jaman itu sebab pengembaraan budi manusia tidak lagi berurusan dengan realitas objektifnya, melainkan menemukan pusatnya pada rasionalitas manusia.
Tahap-tahap pemikiran Descartes untuk mencari kebenaran sejati dimulai dengan langkah-langkah metodis, yang dimulai dengan menyangsikan sejumlah  besar pendapat-pendapat yang menurutnya keliru (kebenaran lama) yang umumnya sudah disepakati orang.Dengan kata lain yang dia ragukan adalah kebenaran-kebenaran lama yang sebenarnya masih membuka jalan lebar untuk dikoreksi, disanggah, untuk kemudian sampai pada sebuah kebenaran baru. Tahap pertama ini juga merupakan langkah awal landasan cogito-nya.
Untuk menguji landasan filosofisnya (kesadaran), dia menguji pemikirannya lewat sebuah cara, yakni bagaimana dia bisa tahu bahwa dia tidak sedang tidur dan bermimpi? Karena antara keadaan sadar dengan mimpi tidak ada perbedaan atau batas yang benar-benar tegas dan jelas (distinct).Descartes mencontohkan keadaannya yang sedang duduk dan berpakaian rapi, dia meragukan keadaannya tersebut karena dia pernah mengalaminya ketika bermimpi.Prinsipnya, Descartes berpendapat bahwa tidak ada perbedaan yang jelas antara sadar (keadaan) dan sedang mimpi.
Langkah selanjutnya Descartes kembali berpikir, adakah sesuatu (objek) yang tidak dapat diragukan lagi keberadaannya? Dia sendiri mengajukan tiga hal yaitu gerak, jumlah dan besaran (matematika). Namun dia kembali meragukannya karena dia kadang-kadang merasa salah ketika melakukan penghitungan. Dengan demikian, ilmu pasti pun  dia ragukan. Ketika dia kembali berpikir, dia tetap meragukan setiap hal (objek). Akhirnya dia mengambil kesimpulan, bahwa dia ragu karena dia berpikir. Tidak mungkin dia ragu, jika dia tidak berpikir. Kemudian dia mengungkapkan, jika “aku berpikir” ada, berarti “aku” ada sebab yang berpikir itu aku.
Metode inilah yang disebut cogito ergo sum, aku berpikir karena itu aku ada. Inilah yang menjadi kritik Descartes terhadap cara berpikir lama jamannya, yakni jika setiap orang hendak menemukan kebenaran sejati, dia harus mau memperbaiki hidupnya, memperbaiki cara pandangnya, memperbaiki metode pencariannya untuk mencapai sebuah kebenaran baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar