Untuk "Pencipta" filosofisku, simbol,tanda dan makna terliputi dalam wilayahMu.

Selasa, 15 Oktober 2013

Jatuhnya Tahta Teologi (Dalam Ramalan Aguste Comte)

Auguste Comte (1798-1857) ketika mengemukakan gagasannya tentang pengetahuan positif, seakan sangat yakin akan pengetahuan positif yang kelak akan menggantikan teologi dan metafisika dalam kebudayaan manusia di masa mendatang, oke nampaknya ramalan Comte tak salah pengetahuan positif telah merajai masa modern dan sekaligus mengklaim diri sebagai pengetahuan yang paling sah dan valid. Perkembangan akal budi manusia mengalami berbagai tahapan dari zaman ke zaman. Berawal dari teologi dimana dapat kita bagi menjadi 3 fase, yang pertama adalah animisme  dimana dalam fase ini kita dapat mengambil contoh pada manusia purba, manusia pada fase ini menghayati alam semesta pada partikularitas dan individualitas sehingga pada fase ini manusia tidak mengenal konsep abstraksi, benda-benda tidak dimengerti dalam konsep umum akan tetapi sebagai konsep individual dan singular jadi setiap benda dianggap memiliki jiwa, kehendak dan kedudukan minimal setara dengan manusia sehingga terdapat pemujaan terhadap setiap benda yang ditemui manusia, yang kemudian membuat manusia melupakan dirinya sebagai mahluk luhur yang mempunyai daya Rasional yang mampu mengangkat dirinya melebihi mahluk-mahluk atau benda-benda lainnya.

Lalu kemudian dilanjutkan dengan fase politeisme yang lebih maju ketimbang fase animisme, Fase politeisme ini ditandai dengan mulai adanya pengelompokan dan pengklasifikasian benda-benda didasarkan oleh kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan sehingga dapat ditarik suatu jenis secara umum dari setiap benda berdasarkan pengelompokan tertentu, dapat kita ambil contoh jika sebelumnya dalam fase animisme manusia mengganggap tiap-tiap sawah memiliki roh yang berbeda maka dalam fase politeisme tak peduli sawah manapun rohnya tetap satu saitu Dewi Sri, jadi pada fase ini kepercayaan tentang dewa-dewa pelindung mulai muncul sebagai satu kekuatan diluar manusia yang berada mendiami setiap jenis benda.dan fase selanjutnya adalah fase monoteisme dimana dalam fase ini lebih maju ketimbang fase-fase sebelumya. Dalam fase ini ditandai dengan peniadaan roh-roh dan dewa-dewa yang kemudian tempatnya digantikan oleh Tuhan yang satu. Tuhan yang satu ini menguasai apapun di seluruh alam semesta sehingga peran dewa dan ruh sebelumnya telah diambil alih oleh Tuhan yang satu.

Dalam perkembangannya teologi telah mencapai taraf final dalam fase monoteis, Adanya Tuhan yang maha dalam segala hal membuat suatu jawaban terhadap segala macam pertanyaan manusia, memang dalam tahap teologi ini sebagian besar filsafat manusia diarahkan kepada tujuan akhir dan sebab pertama kehidupan, sehingga dengan adanya Tuhan maka mampu menjawab dua bentuk pertanyaan tersebut. Lalu teologi dalam perkembangannya mampu memasuki dalam berbagai bidang kehidupan manusia mulai dari kehidupan sosial, politik dan budaya. Teologi mulai membentuk hukum dan aturan-aturan tersendiri yang kemudian di dukung dan disahkan oleh para penguasa dan para tokoh dalam suatu negara sehingga mampu mengikat kebudayaan manusia pada fase tersebut lewat hukum-hukum dan aturan-aturan agama.

Akan tetapi selanjutanya terdapat banyak penyimpangan dan penyelewengan yang dilakukan oleh para penguasa dan pemuka agama dengan keabsolutan yang dipegang oleh agama membuat kewenangan mutlak berada di tangan para pemuka agama dan penguasa yang juga dianggap sebagai titisan Tuhan pada kala itu. gelombang penindasan dari para agamawan dan penguasa menimbulkan lahirnya pemberontakan terhadap sistem teologi ini. Sehingga bangkitnya rasionalitas positif langsung disambut oleh masyarakat luas, yang kemudian dijadikan senjata ampuh untuk mengambil alih kekuasaan akan keabsolutan dari tangan teologi. maka tak mengherankan jika pengetahuan positiv yang dirancan Auguste Comte ini menemukan moment terbaiknya dan dapat merajai dunia pengetahuan dewasa ini menggantikan metode-metode pemgetahuan lainnya, berada dalam moto "pembangunan dan ketertiban", positivisme tak memberikan ruang sedikitpun untuk teologi dan memaksa teologi mundur teratur dalam dunia pengetahuan. selain alasan diatas tingkat keakuratan analisa pengetahuan positif juga dianggap mampu memberikan kepastian dalam kehidupan manusia, metoda analisis,observasi dan komparasi merupakan senjata yang ampuh dalam memfilter setiap data yang masuk untuk kemudian diolah menjadi suatu bentuk pengetahuan yang akurat.

Comte juga mengklaim metoda Positivis ini sebagai hasil kebudayaan tertinggi manusia yang tak bisa diragukan lagi kebenarannya, bentuk bentuk pengetahuan selain pengetahuan positiv dikategorikan dalam ruang lingkup fantasi dan ilusi sehingga tidak bisa dijadikan alat ukur untuk mendapatkan kebenaran,Manusia mana pun dapat membuktikan kebenaran pengetahuan ini asalkan mau dan mampu menggunakan metode yang telah ditentukan dalam pengetahuan positif. Dampaknya seperti yang kita lihat sekarang, perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi mampu menjawab kebutuhan-kebutuhan manusia akan kemudahan dan memberikan sumbangsih yang teramat besar dalam membangun peradaban manusia. Laju produksi yang deras karena ditunjang oleh industri yang mumpuni mampu memberikan alat pemuas bagi keinginan manusia, teknologi yang semakin berkembang seakan membuat manusia mampu melakukan apapun yang dulu tak pernah mereka fikirkan dan tentunya masih banyak lagi efek dari pengetahuan ini.

Setelah melihat apa yang terjadi pada masa ini, nampaknya kita tak bisa lagi meragukan ramalan Comte bahwa positivis berada dalam puncak kejayaannya. semakin meluasnya pengakuan dari manusia atas pengetahuan ini seakan semakin mengukuhkan positivissebagai raja pengetahuan dunia, tinggal kita lihat saja sampai kapan dan bagaimana pengetahuan ini melanjutkan eksistensinya dan andaikan berakhir siapakah yang akan mengakhirinya???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar