Pengetahuan memberikan kekuasaan atas apa yang tidak dapat kita lakukan, dengan bantuan pengetahuan kita mampu melakukan banyak hal yang sebelumnya tidak pernah mampu kita lakukan atau bahkan bayangkan itulah kesimpulan umum yang sering kita dengar, pengetahuan sebagai pemberi berkah atas tindakan kita sehingga tindakan kita bisa keluar melampaui diri kita, Akan tetapi pengertian ini nampaknya lain jika berada dalam tangan Foucault (1926-1984), Foucault tampak membalik anggapan tersebut dengan menyatakan bahwa kekuasaan menentukan pengetahuan,dengan sebuah kekuasaan maka akan dapat ditentukan pengetahuan mana yang bisa diterima dan pengetahuan mana yang harus ditolak,ketika pengetahuan tersebut diterima maka pengatahuan tersebut harus dipakai oleh umat manusia dan sebaliknya terjadi bagi pengetahuan yang tertolak.
"Pengetahuan itu otoriter dan menindas" inilah kesimpulan yang dapat kita tarik jika mengacu pada paragraf diatas, pengetahuan yang sedang berada di puncak kekuasaan akan dengan serta merta menyingkirkan bentuk-bentuk pengetahuan yang lain dengan dirinya. jika dahulu ketika teologi mencapai puncak kejayaannya yang kemudian memanifestasikan diri dalam bentuk suatu lembaga keagamaan yang otoriter yaitu gereja, maka sekarang pun tidak ada bedanya dengan dahulu,Pengetahuan positiv menggantikan teologi dan memanifestasikan dirinya dalam lembaga pendidikan seperti sekolah,universitas dll. Jika dahulu gereja dengan sewenang-wenang menghukum para ilmuwan-ilmuwan yang memiliki pandangan lain dengan gereja, maka hal itu pun terjadi di masa sekarang dengan keabsolutan lembaga pendidikan yang selalu mendewakan metode ilmiahnya dan menyalahkan segala metode diluar metode ilmiah.
Sang penguasa telah berganti, dahulu teologi dan metafisika menguasai ilmu pengetahuan akan tetapi sekarang positivisme yang didukung oleh rasionalitas dan empirisme membangun sebuah kerajaan baru di dunia ilmu pengetahuan. jika kita adalah pendukung renaissance maka kita harus melawan hal tersebut, atau jika kita para pecinta aufklarung seharusnya kita mempertanyakan kembali akan apa yang dilakukan oleh positivisme pada saat ini.
Terlihat bahwa tujuan dari renaissance dan aufklarung telah mengalami pembelokan, yang semula dimaksudkan agar tidak adah sebuah ilmu yang menjadi rezim di dunia pengetahuan, ternyata malah melahirkan rezim yang baru, sebuah revolusi yang melengserkan suatu keabsolutan telah digantikan oleh suatu keabsolutan yang baru.
Dan hukuman adalah salah satu senjata paling ampuh dari penguasa untuk menunjukkan kekuasaannya, Jika dahulu hukuman penjara atau mati akan diberika oleh gereja bagi yang berbeda dengannya maka akan lain halnya dengan sekarang tidak ada hukuman mati atau penjara dalam pengartian sempit, akan tetapi hukuman penjara dan mati tetap ada dalam pengertian luas, Rumah sakit jiwa adalah penjara bagi orang yang berbeda dalam berfikir, label kelas non unggulan merupakan suatu hukuman penjara yang diberikan di sekolah bagi siswa-siswi yang terlambat dalam memahami dan menerapkan pengetahuan positiv, atau nilai buruk juga adalah suatu hukuman yang akan memenjarakan seorang manusia dalam angka tersebut, manusia yang memiliki kapasitas yang luar biasa dihilangkan segi kemanusiaannya dengan hanya diukur oleh dua atau tiga digit angka. hukuman penjara tersebut tidak hanya diterapkan dalam lembaga pendidikan yang paling parah adalah hukuman penjara tersebut juga diterapkan di masyarakat, Para kaum bawah yang dianggap lamban maka akan serta merta dikaitkan dengan rendahnya pendidikan yang ia tempuh oleh masyarakat, kenapa dengan hal tersebut terjadi??? hal ini terjadi dikarenakan pendidikan dianggap sebagai satu- satunya tempat ilmu pengetahuan berada, padahal tentunya tidak demikian, banyak tempat pengetahuan berada selain lembaga pendidikan, dan setelah lembaga pendidikan dianggap sebagai satu-satunya tempat untuk memperoleh pengetahuan,bentuk pengetahuan yang dianggap benar pun hanyalah satu, yaitu pengetahuan positivis, Maka dapat dikatakan setiap orang yang tidak sekolah adalah bodoh dan setiap orang yang tidak berfikir secara positivis adalah idiot.
Nampaknya inilah yang terjadi ketika penjara telah mengalami perubahan bentuk, yang semula dari jeruji besi dan ruangan gelap dan pengap maka sekarang penjara ialah suatu label atau sebutan yang diberikan oleh otoritas yang berwenang kepada seseorang, label ini dapat berbentuk label Bodoh,idiot atau tolol. Inilah salah satu cara dari positivisme untuk menghukum orang yang tidak sejalan dengan metodenya, dengan dilabeli bodoh maka orang tersebut akan terasingkan dari orang yang berlabel pintar, sehingga dalam pergaulan orang yang berlabel bodoh akan terus diremehkan dan tak dianggap oleh lingkungan orang yang berlabel pintar. jika melihat hal tersebut tentu dapat menunjukkan pada kita bahwa sebuah label telah menjadi penjara yang akan membatasi dirinya baik dalam pergaulan, kegiatan ataupun pekerjaan. dan lebih jauh dalam kehidupan ke depannya orang yang berlabel bodoh akan terus terpengaruhi oleh label tersebut, kecuali tentu saja jika ia merubah halauannya dan mencoba berfikir dengan cara positivisme.
Kunci dari semua yang dituliskan diatas adalah terletak pada kata "kekuasaan sebagai pengetahuan". jika ilmu pengetahuan sudah mulai menjadi tirani maka akan sangat sewenang-wenang dalam menentukan kebenaran, angkuh dalam membanggakan dirinya, naif dalam memandang pengetahuan lain dan kejam dalam menghukum para penganut pengetahuan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar