Pergeseran tipe masyarakat dari zaman ke zaman telah menghantarkan kita pada suatu tipe masyarakat yang baru yakni masyarakan konsumen. arus produksi yang pesat menandai suatu era modern dengan ditopang dengan ekonomi kapitalis, membuat dalam hitungan detik terciptanya suatu produk baru di seluruh belahan dunia. maka tak pelak produksi lantas menjelma menjadi kekuatan penting di dunia, disamping itu teknologi juga memiliki peran dalam membangun sistem produksi yang hebat, dengan mengandeng teknologi produk yang dihasilkan akan semakin canggih dan sesuai dengan perkembangan zaman. hasil dari produk yang semakin canggih dan variatif mampu menarik minat dari masyarakat sehingga diharapkan akan terciptanya suatu keseimbangan antara produksi dan konsumsi.
Akan tetapi sebuah gejala baru terlihat pada era sekarang ini, dimana produksi dan konsumsi telah memasuki tataran hyper. terutama konsumsi telah mengalami pergeseran, jika dahulu seorang filsuf kebangsaan jerman Karl Marx (1818-1883) mengatakan bahwa adanya 2 prinsip dasar konsumsi yakni nilai guna dan nilai tukar, nilai guna merupakan inti dari setiap objek produksi. Setiap objek pada hakikatnya memiliki nilai guna akan tetapi kemudian dengan berkembangnya kapitalisme maka muncullah suatu nilai baru yakni nilai tukar, setiap nilai guna dari suatu objek akan diukur dengan nilai tukar sehingga perpindahan objek dari satu tangan ke tangan lain akan berjalan lancar dengan adanya nilai tukar. Uang sebagai alat tukar yang diakui secara universal memainkan peran penting dalam proses perpindahan objek-objek produksi. Lebih lanjut Karl Marx meramalkan bahwa kelak pada kapitalis lanjut nilai guna akan digantikan oleh nnilai tukar, hal ini terjadi karena objek produksi telah kehilangan kepercayaannya dan kepercayaan masyarakat malah beralih kepada uang. sehingga uang sebagai nilai tukar mampu mengalahkan nilai guna dari barang atau produk.
Namun yang terjadi adalah prediksi Marx nampaknya sudah mulai tak relevan lagi dengan perkembangan kontemporer saat ini, adalah Jean Baudrillard (1929-2007) mengungkapkan sanggahannya terhadap Marx, masyarakat dewasa ini bukan perpegang pada nilai tukar dalam berprilaku ekonomi akan tetapi sudah muncul suatu nilai baru yakni nilai tanda atau nilai simbol, dalam masyarakan konsumen yang menjadikan konsumsi sebagai seluruh aspek kehidupan yang kemudian berubah menjadi objek konsumsi atau yang dapat kita biasa pahami dengan komoditas, nilai tukar mengalami pergeseran yang berarti hal ini mampu dibuktikan dengan berbagai fenomene simbol-simbol atau tanda-tanda dari komoditas yang berupa merk, prestise atau kelas tertentu, nilai tukar atau uang sekarang telah dikalahkan oleh merk, sehingga dalam melakukan kegiatan konsumsi, masyarakat lebih menitik beratkan kepada merek dan atribut simbol atau tanda lainnya, dan tentunya mereka rela mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk mendapatkan merk tertentu yang mereka inginkan.
Berangkat dari fenomena tersebut maka Baudrillard menarik kesimpulan bahwa nilai tanda atau simbol telah berhasil mengalahkan nilai tukar. akibat dari merebaknya nilai tanda ini adalah fungsi dari konsumsi adalah bukan untuk mendapatkan manfaat atau kegunaan dari barang yang dibeli akan tetapi lebih kepada tanda dan simbol yang mereka konsumsi, hal ini dimaksudkan dengan mengkonsumsi tanda dan simbol mampu membuat mereka berada dalam kelas tertentu yang mereka anggap prestisius dan mampu membedakan mereka dengan orang lain. Berkembangnya nilai tanda tak dapat dilepaskan begitu saja dari peran iklan dan media yang menjamur dewasa ini, tema-tema gaya hidup, kelas dan prestise sengaja digunakan iklan untuk menanamkan tanda dan simbol terhadap objek produksi, sehingga apabila objek tersebut di konsumsi oleh masyarakat maka akan membuat masyarakat seakan berada dalam gaya hidup atau kelas tertentu seperti yang diwartakan iklan terhadap mereka.
Tentu saja baik itu gaya hidup, kelas ataupun prestise hakikatnya merupakan hal yang abstrak. hal ini dapat kita katakan bukan sebagai realita sesungguhnya, realita yang sesungguhnya lebih dapat diwakilkan kepada "kebutuhan". kebutuhan merupakan sebuah realitas karena kebutuhan adalah hal yang mendasar yang harus dipenuhi oleh setiap manusia, kebutuhan tidak bisa kita manipulasi dan kita ciptakan, akan tetapi hal ini berbeda dengan gaya hidup dan kelas, keduanya adalah hasil ciptaan maya dari iklan yang sengaja ditanamkan dalam bentuk nilai kedalam barang sehingga mampu menarik konsumen untuk mengkonsumsinya. Sehingga akan terjadi suatu realitas semu dalam kehidupan kita, realitas yang sengaja diciptakan oleh orang-orang tertentu yang menguasai pusat-pusat produksi untuk menciptakan suatu dunia yang palsu, sehingga mastarakat konsumen dewasa ini telah terjebak dalam suatu realitas yang palsu dan memungkinkan untuk terus berada di dalamnya mengingat kecanggihan sistem produksi dalam memproduksi bukan hanya barang melainkan juga tanda dan simbol.
Lalu bagaimanakah jalan keluarnya???? "Marilah kembali pada realitas itu sendiri" demikian mengutip kat Edmund Husserl (1859-1938).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar