Melihat tentang rekam simbol ketuhanan dalam sejarah peradaban manusia, maka beragamlah warna kelam yang dapat kita tangkap, peperangan atas nama tuhan mengantarkan banyak manusia menuju liang kubur mereka. Sehingga tak mengherankan jika kemudian banyak orang berfikir bahwa simbol-simbol ketuhanan merupakan bentuk serangan terhadap humanisme dan kebebasan dari manusia. Manusia yang dengan bangga mengagungkan eksistensinya, yang tercermin dengan terciptakan kemajuan budaya dan teknologi, tiba-tiba harus dipaksa untuk menundukkan daya rasionalnya dihadapan simbol-simbol ketuhanan. Maka dapat diprediksi gerakan anti keagamaan atau ketuhanan mendapat dukungan lebih pada millenium ini, Humanisme sebagai fondasi eksistensi manusia mendapatkan tempat yang tinggi sebagai prinsip hidup manusia, ditambah dengan materialisme yang menjadi pelengkap daya rasionalitas manusia, seakan bersatu untuk menyingkirkan simbol-simbol Tuhan dan agama dari dalam diri manusia.
Alhasil saat ini, setiap simbol-simbol ketuhanan atau keagamaan yang berkumandang maka akan selalu mendapat penolakan dan sinisme yang tajam dari orang-orang sekelilingnya. Tak terkecuali ISIS, Terlepas dari motif politiknya secara esensial, ISIS merupak satu gerakan yang bertujuan untuk menjadikan hukum Tuhan sebagai landasan negara mereka, ulah ISIS ini kemudian mendapatkan berbagai kecaman dari berbagai kalangan, Humanisme berbicara dengan lantang mengenai pembunuhan dan perampokan yang dilakukan oleh ISIS, serangan juga datang dari Demokrasi yang mempertanyakan tentang sistem Negara-agama yang diusung ISIS sangat sarat akan diskriminasi dan mengkebiri hak-hak agama minoritas. Tak ketinggalan aliran Feminisme ikut mengkritisi dengan dalih emansipasi dalam sistem kepemimpinan Negara-agama.
Di negara kita hal ini pun tak menjadi basi, dan selalu diulas oleh forum-forum diskusi, sebuah negara yang bertuhan menghadapi gejolak dikarenakan perbedaan konsep tentang Tuhan dalam implikasinya. Tuhan berinstrument lewat negara dan pemerintahan seru kaum puritan, kaum mayoritas kemudian berseru menolak dengan dalih demokrasi, konsensus dan pluralisme. Isu-isu nasionalisme kemudian digoreng di meja-meja pendidikan sebagai dalih penguat kaum nasionalis. Kemudian muncul wacana-wacana dan kajian-kajian baru tentang tuhan yang segera menguap akibat tiupan kaum ekstremis.
Akhirnya mungkin kita harus lebih berfikir lagi akan konsep Tuhan yang dipertentangkan saat ini. Mungkin akar permasalahannya terletak pada ketuhanan macam apa yang melandasi pergerakan ISIS dan Tuhan seperti apa yang mati-matian ingin disingkirkan oleh Humanisme, demokrasi dan feminisme. Apakah ketuhanan tersebut merupakan ketuhanan kita, ataukah ketuhanan tersebut berbeda dengan ketuhanan kita, atau mungkin kita ketuhanan kita benar karena kita mayoritas, atau minoritas merupakan produk unggul pengawal kebenaran, atau jangan-jangan tuhan-tuhan kecil sedang berperang dihadapan kita sembari saling berteriak, bahwa mereka adalah Tuhan yang sebenarnya. Sebuah fenomena tentang Tuhan yang bertuhan.
"JUDI POKER | TOGEL ONLINE | TEMBAK IKAN | CASINO | JUDI BOLA | SEMUA LENGKAP HANYA DI : WWW.DEWALOTTO.CLUB
BalasHapusDAFTAR DAN BERMAIN BERSAMA 1 ID BISA MAIN SEMUA GAMES YUKK>> di add WA : +855 69312579 "