Pemilu 2014 telah usai, pesta demokrasi rakyat lima tahunan tersebut telah berlalu tanpa hambatan,Perang klaim antar kedua pasangan cawapres memang masih belum menghilang dari radar kita, akan tetapi Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai pemenang pemilihan umum presiden 2014. Walaupun hal ini masih bisa diganggu dengan keputusan MK, akan tetapi pasangan capres tersebut dan pendukungnya nampaknya sudah yakin akan kemenangan mereka. Kini, pasangan tersebut mulai meracik strategi guna menentukan kabinet yang akan membantu keduanya dalam menjalankan roda pemerintahan selama lima tahun ke depan.
Pengertian Kabinet itu sendiri menurut wikipedia adalah suatu badan yang terdiri dari pejabat pemerintah senior/level tinggi, biasanya mewakili cabang eksekutif. Kabinet dapat pula disebut sebagai Dewan Menteri, Dewan Eksekutif, atau Komite Eksekutif, penyebutan ini tergantung pada sistem pemerintahannya dan diketuai oleh presiden atau perdana menteri sebagai pimpinan kabinet. Kabinet merupakan syarat utama untuk berjalannya satu roda pemerintahan, dengan terbentuknya kabinet yang berkualitas maka diharapkan dapat memperlancar pemerintah dalam menjalankan program-program kerja mereka selama lima tahun ke depan.
Selain untuk menjalankan proker pemerintahan, kabinet juga berfungsi untuk menguatkan dan menjaga stabilitas pemerintahan dari ancaman-ancaman instabilitas, ancaman-ancaman tersebut dapat terbentuk dari golongan oposisi yang berjumlah besar diluar pemerintahan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka akan teramat baik jika komposisi kabinet yang disusun harus mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan dari berbagai kalangan. Kabinet yang terbentuk tidak boleh bersifat eksklusif, istilah eksklusif di sini dapat berarti memperjuangkan individualisme tertentu dan mengorbankan kepentingan-kepentingan yang lain, disinilah diperlukan satu kabinet yang mampu menerima semua kalangan dan golongan bangsa tanpa terkecuali, maka demikian kabinet tersebut hendaknya bersifat universal.
Tentang keuniversalitasan menarik jika kita melihat pandangan dari Ludwig Hegel (1733 - 1799). Bagi Hegel manusia pada dasarnya merupakan satu individual, hal ini diakui Hegel, akan tetapi secara alami keindividual tersebut merupakan bawaan alamiah manusia itu sendiri, bagi Hegel natur manusia sesungguhnya ialah spirit, Spirit yang merupakan natur, terbagi menjadi dua yakni individualitas dan universalitas.
Individualitas menurut Hegel berada eksplisit dari kesadaran dan bukan berada dalam kesadaran itu sendiri, sedangkan universalitas merupakan pengertian akan substantif. Manusia bagi Hegel, merupakan perpaduan antara individualitas dan universalitas perpaduan tersebut dibungkus secara alamiah dalam spirit yang mendasari segala hal. Hegel tidak sependapat dengan pendapat yang menyatakan bahwa manusia merupakan suatu karakter individualitas, bagi Hegel esensi akan karakter individualitas haruslah mampu dijembatani oleh nalar yang akan memberikan pemahaman substantif yang kemudian berdampingan dengan kesadaran. Manusia sebagai individu haruslah memiliki nalar agar mampu membangun karakternya alamiahnya, sehingga manusia tanpa nalar merupakan sekumpulan manusia egois yang hanya memperjuangkan kepentingannya sendiri.
Nalar itu sendiri menurut Hegel identik dengan transendensi pada individualitas (Partikular) dan melibatkan pergerakan pemikiran pada satu tingkatan yang umum (Universal) . karena itu nalar dianggap mampu menjembatani antara individualitas dan universalitas, tanpa nalar menurit Hegel akan mustahil kita dapat berfikir secara universal, dikarenakan kita akan terus terjebak dalam tempurung individualitas dan tak memperdulikan yang lain. Dari hasil penalaran inilah kemudian akan timbul rasa hormat, kepedulian, dan kasih sayang terhadap saudara sebangsa kita, sifat-sifat inilah yang merupakan buah dari universalitas, manusia yang berfikir secara universal merupakan manusia yang mampu menerima terhadap orang lain dan bukanlah merupakan manusia picik terhadap kebutuhan orang lain. Lebih lanjut menurut Hegel universalitas juga merupakan esensi dari kesadaran manusia, manusia yang sadar akan kemanusiaannya merupakan manusia yang berfikir secara universal dan peduli terhadap yang lain.
Dari konsep tersebut cukuplah kiranya dipahami bahwa dalam kabinet yang baru terbentuk hendaknya merupakan satu kabinet universal, yakni satu kabinet yang diharapkan kerelaanya untuk memperjuangkan semua golongan dalam konteks berbangsa dan bernegara, kabinet yang tidak universal dalam hal komposisi atau dalam pola penalarannya maka akan sangat memungkinkan untuk membentuk hegemoni terhadap rakyat dan merupakan rezim dengan bungkus demokrasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar