Untuk "Pencipta" filosofisku, simbol,tanda dan makna terliputi dalam wilayahMu.

Kamis, 18 September 2014

Tuhan Sebagai Proyeksi, Feuerbach

Tuhan berada dan ada diluar dari cawan kemanusiaan, begitulah dogma Agama yang diajarkan kepada kita untuk mempercayainya, Dimana Tuhan merupakan suatu Dzat yang mengatasi seluruh ciptaannya secara mutlak dan melampaui segala bentuk entitas-entitas ciptaannya. Sejenak menenggok tentang rekam simbol ketuhanan dalam sejarah  peradaban manusia, maka beragamlah warna kelam yang dapat kita tangkap, peperangan atas nama tuhan mengantarkan banyak manusia menuju liang kubur mereka. Kejadian ini seakan mencerminkan bagaimana cara Tuhan memperlakukan manusia dan pada akhirnya menimbulkan opini dalam pemikiran manusia tentang bagaimana memperlakukan Tuhan pada era-era sesudahnya. hal ini juga berlaku di negara kita Indonesia. menarik jika kita membahas tentang Tuhan dari pandangan Kaum non-teisme.

Sebagaimana menurut Feuerbach, Tuhan adalah proyeksi dari keinginan terkuat manusia. Bagi Feuerbach, banyak dari daya tarik agama adalah tawaran janji keabadian. Secara fakta, manusia memiliki banyak ketakutan, tetapi kebanyakan dari kita semua takut akan kematian. Agama abrahamik atau masehi, umumnya menjanjikan adanya kehidupan setelah mati yang kekal, di sanalah iman agama menawarkan untuk mengambil rasa takut tersebut.Rasa takut inilah kuncinya dalam beragama. Dengan memanfaatkan rasa takut, agama mampu menarik jutaan pengikutnya,

Ketakutan manusia akan kematian dimana akan menghapus eksistensi mereka sepenuhnya dapat ditangkap dengan baik oleh agama. Alhasil dengan iming-iming janji kehidupan abadi manusia memiliki kembali harapan untuk meneruskan eksistensinya di kehidupan sesudah kematian. Jika kita bersedia untuk beriman pada salah satu agama, kita bisa melarikan diri dari rasa takut tersebut, dan hidup bahagia dalam ketidaktahuan. Ini adalah daya tarik agama, yang kekuatannya kemudian mencengkeram pikiran manusia yang mengimaninya. Sekali orang beriman, akan sangat sulit untuk bisa melepaskan diri. Hanya orang-orang dengan mental kuat saja yang mampu melepaskan diri darinya.

Bagi Feuerbach, kemanusiaan, yang diproyeksikan pada sosok Tuhan dalam agama, merupakan sesuatu yang positif karena melalui kemanusiaan, manusia bisa melihat hakikatnya yang sebenarnya. Namun, kesadaran manusia akan hal itu justru ditenggelamkan oleh kekuatan dogma-dogma agama. Akibatnya, manusia lupa bahwa proyeksi itu adalah dirinya sendiri dan manusia menganggap proyeksi itu sebagai sesuatu yang real. Manusia menjadi terasing dengan hakikatnya sendiri bahkan takut dan menjadi lumpuh di hadapan proyeksinya sendiri. Manusia memohon berkah dari proyeksinya secara pasif tanpa ada upaya realisasi atas potensi-potensi yang ia miliki. Agama adalah batu sandungan bagi kemajuan, ilmu pengetahuan, pencerahan, kedewasaan, dan kebebasan manusia.

Yang disebut “Tuhan”, adalah suatu mimpi dari manusia. Kata “Tuhan” harus diganti dengan kata “hakekat manusia”. Agama harus diganti dengan politik. Karena manusia sudah terlalu lama diasingkan dari dirinya sendiri, sekarang, kata Feuerbach, manusia harus dikembalikan kepada dirinya sendiri. Feuerbach tetap menghargai agama, tetapi hanya sebagai ajaran tentang manusia, disinilah sebenarnya tersirat Feuerbach mengakui akan manfaat ajaran agama, terutama ajaran agama yang bertemakan kemanusiaan diakui olehnya mampu memberikan pencerahan akan hakikat kemanusiaan. Akan tetapi Feuerbach membatasi penerimaannya akan ajaran agama hanya dalam hal tersebut, selebihnya agama merupakan penghalang bagi kesadaran manusia, ajaran tentang kemanusiaan dalam agama merupakan hal yang bertolak belakang dengan ajaran agama tentang ketuhanan. Manusia menurut Feuerbach harus lebih memfokuskan perhatiannya kepada alam guna mencapai kemanusiaan yang sejati, karena di hadapan alam manusia dengan serta Erta mampu merasakan kekerdilannya, sehingga daripada memikirkan teologi memikirkan alam dianggap lebih penting.

Kesadaran manusia adalah satu-satunya kunci untuk mencapai kemanusiaan dan satu-satunya jalan untuk mencapai kesadaran ialah meniadakan agama dan membuangnya jauh-jauh. Dengan kesadarannya, manusia membuka matanya akan apa yang selama ini ia sembah. Dengan kesadaran itu juga, ia memulai hidup dengan tujuan yang satu, yakni menjadi dirinya sendiri tanpa campur tangan Tuhan dan agama. Dengan kesadarannya, manusia tidak lagi berteologi. Teologi harus menjadi antropologi, sebagai buah kesadaran manusia akan dirinya dan realitas agama. Segala predikat yang dikenakan oleh teologi kepada Tuhan (Mahaagung, Mahakuasa, dan sebagainya) dapat dipertahankan, asal subjeknya diganti dengan manusia. Harapan Feuerbach ialah dengan menyadari itu semua, manusia secara umum dapat merealisasikan dirinya secara optimal dan secara khusus dapat mewujudkan dirinya sebagai mahkluk sosial, yang tidak seperti seorang beragama yang sering intoleran dan fanatik

1 komentar:

  1. "JUDI POKER | TOGEL ONLINE | TEMBAK IKAN | CASINO | JUDI BOLA | SEMUA LENGKAP HANYA DI : WWW.DEWALOTTO.CLUB
    DAFTAR DAN BERMAIN BERSAMA 1 ID BISA MAIN SEMUA GAMES YUKK>> di add WA : +855 69312579 "

    BalasHapus