Untuk "Pencipta" filosofisku, simbol,tanda dan makna terliputi dalam wilayahMu.

Rabu, 09 Mei 2012

Keabadian Cinta

Sebuah Request dari teman saya Muhammad Arifin yang akhir-akhir terlihat murung tanpa semangat hidup, merokok tanpa merasakan passion dan tidur tanpa motif yang jelas guna melewatkan hari-harinya yang tak produktif hahahah (Dramatisir),,,, secara umum profil dari Muhammad Arifin adalah teman saya yang Low Profile, suka mengalah ketika berdebat dan tak pernah memaksakan kehendak Egonya sendiri,, cukup menarik jika  teman saya ini menceploskan sebuah tema untuk saya,yaitu “Cinta Tak Bersyarat”  terkesan melankonis,akan tetapi tak apalah, untuk sekedar analisa pribadi hahaha....
Banyak definisi yang berkeliaran di luar sana tentang hal ini,, banyak pula hal-hal yang menjadi indikator secara tiba-tiba tentang perwujudan hal ini,sulit bagi saya untuk memulai hal ini, dan akhirnya saya putuskan untuk menjelaskan hal ini dengan cara membedah suatu puisi mistis haha,,, baiklah  coba saya persempit saja “Cinta adalah memberi” setidaknya itu yang ada di kepala saya,, dalam Tasawuf  Al Hubb Atau cinta diposisikan sebagai salah satu tingkata kondisi hati,, akan tetapi yang menjadi pertanyaan adalah cinta seperti apa yang mendapat penghargaan sedemikian mulia dalam dunia sufistik ini???
Mungkin untuk Tuhan itulah setidaknya yang keluar dari mulut saya Sumber dari segala cinta dan jawaban tentang keabadiaan cinta, dalam hal ini para penikmat kesustraan sufistik tak akan asing dengan puisi-puisi cinta magis karya Rumi, Attar ataupun Ibn Arabi,, Raingkaian dari puisi-puisi tersebutlah yang mungkin bisa menjelaskan tentang esensi cinta yang bersifat ketuhanan ini,,  sebelum membahas hal ini mungkin ada baiknya jika saya coba paparkan beberapa bait puisi cinta ala sufism ini:
Agama Cinta bukanlah mementingkan diri sendiri,
Ia tak lain hanyalah kerendah- hatian dan kepasrahan
Puaslah dengan apa saja yang di berikan.
Tak ada yang lebih tidak menyenangkan selain kemurkaan-Mu
Sekilas dari potongan bait-bait puisi diatas adalah salah satu Syair yang bertemakan mistis, jika kita amati kata Agama Cinta mengigatkan saya akan konsep dari Ibn Arabi seorang sufi besar asal Andalusia Spanyol dikenal sebagai salah satu sufi liberal dan dianggap menjadi pelopor pluralisme agama, akan tetapi menurut hemat saya bukan hal itu yang menjadi maksud dari Ibnu Arabi, Yang dimaksud agama cinta disini bukan melambangkan pluralism atau liberalism, akan tetapi lebih identik dengan surat Ali Imron ayat 31 yang artinya “Katakanlah (Hai Muhammad),kalau kalian betul-betul mencintai Allah maka ikutilah akau niscaya Allah akan mencintai kalian” jadi menurut saya yang dimaksud agama cinta disini adalah agama yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW,, pengertian cinta dalam hal ini juga dijelaskan dalam kitabnya yaitu Futuhat Al Makiyyah dimana Ibnu arabi membagi cinta menjadi 4 jenis yaitu: Cinta kepada Tuhan(Hubb ilahi), Cinta spiritual (Hubb ruhani), Cinta kodrati (Hubb tahabi’i),dan terakhir cinta materi atau (Hubb unshuri).
Bukanlah mementingkan diri sendiri, Cinta yang bersifat ketuhanan tentulah lepas dari keinginan ego yang sempit dan picik, kembali pada konsep ”Cinta adalah memberi” seakan menyiratkan suatu kesan tersendiri bagi saya yaitu dimana ada sebuah unsur menafikan ego sendiri dan lebur dalam keinginan sang kekasih, inilah yang dimaksud dengan suatu agama yang tak memberi tempat bagi para manusia egois yang mementingkan diri sendiri, dan tentu saja agama cinta tak akan mengenal keegoisan..
Selanjutnya ada dua kata yang menarik dalam baris kedua puisi ini,yaitu kata Kerendah-hatian dan kepasrahan, kerendah-hatian,  jika dihubungkan dengan meleburnya sikap egoitas maka tentu saja akan terjadi suatu hubungan yang sangat erat,kerendah-hatian kita dalam mencintai yaitu meniadakan unsur dari diri kita dan menonjolkan unsur tentang yang dicinta, Mungkin kalimat ini sesuai untuk menggambarkan apa yang coba saya jelaskan “Jika ada kelebihan itu Sepenuhnya dari Tuhan dan jika ada kekurangan maka itu dari saya pribadi” inilah bentuk kalimat yang menggambarkan kerendahan hati dalam mencinta, lalu kita beralih kepada kata “kepasrahan” menurut saya pribadi kepasrahan tak akan pernah terwujud tanpa konsep lain yang disebut keyakinan, kepesrahan hanya akan terjadi jika kita telah yakin akan apa yang kita pasrahkan, selama tak ada keyakinan maka akan terciptalah kkhawatiran,contohnya seperti kekhawatiran akan masa depan kita tentu akan terus membayangi kita selama kita tak punya keyakinan kuat bahwa masa depan kita telah diatur oleh Tuhan,maka dari itu dengan Yakin kepada yang dicinta maka akan menimbulkan kepasrahan dan  tentu saja akan menghilangkan prasangka dan selalu berbaik sangka kepada yang dicinta..
“Puaslah dengan apa yang diberikan” suatu kalimat ajakan yang menganjurkan kita untuk selalu menerima keadaan kita tanpa harus banyak protes kepada Tuhan kita,, walaupun hanya sebuah pensil tapi jika yang memberi adalah kekasih apakah sama dengan pensil yang diberi oleh orang lain??? Tentu jawaban tersebut tak akan sama, “Puaslah dirimu dengan apa yang diberikan Tuhanmu” seakan mengingatkan kita untuk melihat kembali posisi kita, sebagai hamba sangat lancang apabila mencampuri wilayah-wilayah yang menjadi Hak Tuhan, Sang Pemberi adalah Wilayah Tuhan sedangkan Wilayah kita adalah menerima, lalu apakah pantas hamba mengatur-atur tentang wilayah Tuhan, seperti mengatur kadar pemberian atau bahkan mengatur waktu dan bentuk pemberian,, Ahh Tidak bagiku, “Jika kau memang cinta kau harus menerima apapun yang diberikan oeh kekasihmu, segala sesuatu akan menjadi indah jika itu dari kekasihmu”
Lalu dalam baris terakhir ini yang sangat menarik menurut saya ”Tak ada yang lebih tidak menyenangkan selain kemurkaanMu” suatu konsekuensi dari tindakan kita apabila kita selalu memprotes pemberianNya dan selalu ikut campur dalam hak-hakNya maka tentu saja Sang kekasih akan murka pada kita, jadi menurut saya jika ditinjau dari puisi diatas Cinta adalah Kerendah-hatian ,kepasrahan dan selalu puas menerima pemberian dari yang dicinta, penekanan egoitas kita sangat memegang peran sentral dalam cinta, kerelaan untuk mengubur diri dan menampilkan kekasih adalah suatu cinta ideal bagi kita, jika ego masih berperan dalam hal ini maka suasana Cinta akan segera hilang dan diganti dengan suasana pemaksaan, dan ujungnya cinta hanya menjadi dalih sebagai lahan pemuasan keinginan pribadi.
So,, untuk Teman saya,, jika anda memang cinta maka kuburlah keegoisan anda,,, jika anda memang yakin pasrahkanlah semuanya pada Dia,, dan terimalah apa yang diberi olehnya baik itu manis ataupun pahit tak masalah, karena cinta tak pernah mengenal pahit dan manis,,


(Setidaknya inilah menurut saya,Mohon maaf bila terdapat banyak kekurangan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar